Keberagaman di Indonesia membuat erjadi disparitas yang luar biasa dalam dunia pendidikan di Indonesia dengan negara-negara itu menjadi persoalan tersendiri. Kemudian ketika datang pandemi tiba-tiba pembelajaran offline dan yang terjadi semua shock luar biasa karena infrastruktur kita belum siap.
Hal tersebut disampaikan Cartono, Ketua P3AI Universitas Pasundan dan Instruktur Nasional Kurikulum pendidikan tinggi Kemendikbudristek. Menurutnya awalnya memang syok namun akhirnya, mau tidak mau para pendidik harus melek teknologi. Namun mereka juga harus tetap ada bimbingan dan arahan dari sisi pemenuhan infrastruktur teknologi informasi. Juga harus disiapkan di sisi lain yakni edukasi terhadap pelaku teknologi terutama yang berkecimpung dalam bidang pendidikan.
Saat terjadi perbedaan pada pembelajaran, yang tidak boleh berubah ialah etika. “Pentingnya etika dalam pembelajaran karena hakekatnya bahwa belajar itu adalah tentang bagaimana menciptakan pengalaman bermakna bagi peserta didik untuk dapat menciptakan pengalaman bermakna. Menciptakan ekosistem mau belajar dari pembelajaran digital,” ungkapnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (18/11/2021).
Sebab ada fenomena yang cukup menarik, hasil testimoni sekarang ini mahasiswa baru atau anak-anak yang lanjut dari SMA ke perguruan tinggi terjadi penurunan. Salah satu alasannya karena pembelajaran yang masih digital. Mereka masuk pada suasana kejenuhan, akhirnya memilih bekerja dulu lebih baik, cari pengalaman yang lain daripada masuk ke perguruan tinggi tetapi pengajaran online.
Belajar juga menciptakan rasa keingintahuan yang besar karena itu adalah sifat dasar dari manusia. Dalam menunjang hal tersebut maka metode pengajaran harus di selaraskan dengan generasi yang dihadapi saat ini yang dikenal dengan istilah generasi Z yaitu mereka yang lahir di atas tahun 1995.
Sehingga memang pola-pola belajar pun mau tidak mau harus beradaptasi diri dengan perkembangan teknologi informasi. Pembelajaran harus mampu mengantarkan manusia kepada kemampuan akademik, kecakapan hidup, kemampuan hidup bersama, berpikir kritis dan berpikir kreatif, terampil interpersonal, berwawasan global, dan literasi media teknologi informasi.
Kehadiran teknologi informasi adalah sebuah keniscayaan bagi para pelaku pendidikan juga insan teknologi informasi dengan baik. Sehingga melahirkan sesuatu yang baik untuk masa depan pendidikan di Indonesia. Pada model ekosistem pembelajaran di Indonesia yang kini harus mendapatkan sentuhan teknologi. Dari mulai role material input dari lingkungan, bagaimana proses dilakukan dari kegiatan ini adalah proses dari pendidikan yang juga sangat memerlukan dukungan dari perkembangan teknologi.
“Sementara itu mengenai kurikulum, unsur penting dalam pembelajaran. Jadi memang kurikulum itu menjadi sebuah dasar, bagaimana pendidikan itu dilakukan seperti apa tujuannya harus jelas. Mengikuti perkembangan zaman apa yang anak suka dan anak butuhkan. Jelas untuk proses dan metode belajar yang digunakan harus ada evaluasi di setiap jangka waktu untuk melihat perkembangan anak. Seberapa jauh capaian dalam kurikulum yang bisa dilaksanakan dengan baik. Itu harus melalui proses pembelajaran yang dan evaluasi yang bagus,” jelasnya.
Jadi, pentingnya kita beretika di era digital bagi para orang-orang yang ada di dunia digital karena pada hakekatnya manusia adalah sosok baik. Memiliki naluri kebaikan dan selalu berharap diperlakukan baik. Ketika kita ingin diperlakukan baik kita pun harus baik dulu kepada orang. kita juga harus dapat menghormati orang lain karena nantinya orang lain akan menghormati kita.
Pendidikan hanya akan sempurna apabila dilakukan oleh orang baik yang memahami ilmu tentang kebaikan dan selalu memiliki niat baik untuk menjadi yang terbaik.
“Termasuk dalam soal kejujuran saat menjalani pendidikan itu sendiri. Bagaimana kita bisa jujur terhadap karya yang kita buat. Kita menyebutkan sumber yang kita dapat saat menyelesaikan tugas dan lain sebagainya,” sambungnya.
Naluri kebaikan dalam proses pendidikan harus berubah arah, bukan hanya menjadi proses pengajaran yang hanya fokus pada transfer ilmu wawasan dan keterampilan semata. Sebab mendidik adalah bagaimana caranya membuat manusia dapat hidup sesuai dengan aturan berlaku. Bagaimana mendidik seseorang agar dapat mandiri dan juga selalu taat atas ajaran-ajaran yang sudah diberikan. Puncaknya kebaikan adalah kebahagiaan. Kebaikan yang dapat melahirkan kebahagiaan adalah kebaikan yang sudah menyatu dengan nilai kejujuran kebenaran dan keadilan.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ronal Tuhatu (Psikolog), Andi Astrid Kaulika (Entrepreneur dan Kreator Konten), Shanti Kusmiati (Pengurus Pusat Relawan TIK Indonesia), dan Kila Shafia sebagai Key Opinion Leader.