Hoaks, atau berita palsu menjadi salah satu masalah yang dihadapi aplikasi perpesanan instan WhatsApp. Pelaku kejahatan telah memanfaatkan WhatsApp selama bertahun-tahun untuk menyebarkan berita palsu.
Hal itu dikatakan, Muis Pranuto Founder, Paiihar Lagghu, dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sampang, Jawa Timur, Jumat (03/12/2021).
Lanjutnya, adanya pandemi Virus Corona atau Covid-19 turut meningkatkan penyebaran berita palsu di WhatsApp. Sehingga mendorong aplikasi ini memulai kampanye aktif untuk mengendalikan berita palsu dengan bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan dunia, WHO.
“Tetapi, para pengguna juga bisa waspada dan menghentikan penyebaran berita palsu secara mandiri,” paparnya.
Berikut empat cara menemukan dan menghentikan penyebaran hoaks di WhatsApp, seperti:
- Memahami pesan yang diteruskan
Pesan yang diteruskan dari orang lain memiliki label “Forwarded”. Ini bisa dapat membantu pengguna mengetahui pesan tidak ditulis oleh orang pertama yang bertukar pesan dengan pengguna. Ketika sebuah pesan diteruskan dari satu pengguna ke pengguna lainnya lebih dari lima kali, akan ditandai dengan ikon panah ganda. Jika pengguna tidak yakin siapa yang menulis pesan pertama kali, periksa ulang fakta yang ada di pesan itu dengan sumber berita tepercaya.
- Periksa foto dan media dengan cermat
Foto, rekaman audio, dan video bisa diedit untuk menyesatkan pengguna. Sebaiknya pengguna melihat sumber berita tepercaya untuk melihat apakah berita itu dilaporkan di tempat lain.
- Carilah pesan yang terlihat berbeda
Pesan atau tautan situs web yang mengandung hoaks umumnya memiliki kesalahan pengejaan. Cari tanda-tanda ini sehingga pengguna bisa memeriksa apakah informasinya akurat.
- Verifikasi kembali sebelum meneruskan
Terkadang beberapa pesan yang diteruskan dari keluarga atau teman terlihat bermanfaat atau tidak berbahaya. Tetapi apa pun situasinya, pengguna harus mengkonfirmasi fakta-fakta dari pesan itu sebelum meneruskannya ke orang lain. Pengguna bisa memverifikasi pesan dengan mencari fakta secara online sebelum membagikannya dengan kontak pengguna. Jika pengguna masih tidak yakin apakah pesan itu benar, periksa situs berita tepercaya dan tanyakan pemeriksa fakta.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Ervita Delima Sari (Sosial Media Specialist PT Pos Indonesia), Nicholas Ramli (Analytics Specialist at Dentsu Merkle Jakarta), Ali Mashuri (Founder Loma Group), dan Eka Tura Johan (TV Presenter & Profesional MC) sebagai Key Opinion Leader.