PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life Indonesia) resmi meluncurkan produk asuransi jiwa tradisional Sun Proteksi Heritage 100, yang memberikan perlindungan hingga usia 100 tahun sekaligus membantu masyarakat mempersiapkan warisan secara lebih terencana, fleksibel, dan mudah diakses.
Presiden Direktur Sun Life Indonesia, Albertus Wiroyo, menjelaskan peluncuran produk ini sebagai jawaban atas meningkatnya risiko finansial di Indonesia. Mengutip data Global Asia Insurance Partnership (2022), ia menyebut kesenjangan perlindungan di Asia Pasifik mencapai 886 miliar dolar AS, naik 38 persen dalam lima tahun terakhir.
“Indonesia menyumbang hampir 50 persen dari angka tersebut, menandakan masih banyak keluarga yang belum terlindungi secara memadai,” ujar Albertus. Menurutnya, generasi produktif saat ini menghadapi beban biaya hidup yang terus meningkat, ketidakpastian masa depan, hingga kebutuhan warisan yang terencana.
Produk Sun Proteksi Heritage 100 hadir sebagai solusi perlindungan jangka panjang yang inklusif untuk berbagai lapisan masyarakat. Sun Life menargetkan generasi produktif Indonesia, yang dinilai paling membutuhkan instrumen keuangan berorientasi masa depan.
Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 oleh OJK dan BPS, kelompok usia 18-35 tahun mencatat tingkat literasi dan inklusi keuangan tertinggi, yakni 74,05 persen di kelompok umur 18-25 tahun dan 89,96 persen pada usia 26-35 tahun.
Di sisi lain, proyeksi BPS menyebutkan penduduk usia produktif akan mendominasi 68 persen populasi Indonesia pada periode 2020-2030. Kondisi ini membuka peluang besar bagi solusi keuangan yang inklusif, fleksibel, dan komprehensif.
Sun Life juga merilis riset Asia Financial Resilience Index 2025 berjudul Balancing Today’s Need and Tomorrow’s Goal, yang mengungkap hanya separuh masyarakat Indonesia merasa siap menghadapi darurat finansial. Sebagian besar masih fokus pada kebutuhan jangka pendek tanpa rencana pensiun maupun warisan yang jelas.
“Akses terhadap perlindungan berkualitas tidak boleh terbatas pada segmen tertentu. Kami ingin perencanaan warisan menjadi sesuatu yang dapat dijangkau lebih banyak keluarga Indonesia, terutama generasi produktif,” kata Albertus menutup.