Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya manajemen risiko dalam menjaga keberlangsungan usaha perbankan. Kepala Departemen Pengendalian Kualitas dan Pengembangan Pengawasan Perbankan OJK, Nahor P Hutauruk, menyatakan implementasi manajemen risiko yang baik menjadi kunci ketahanan industri.
“Bank harus mengelola risiko secara prudent sekaligus adaptif terhadap perkembangan bisnis dan teknologi,” ujar Nahor dalam acara Inaugurasi Gelar Certified Risk Management (CRM) yang digelar Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR) di Jakarta, Selasa (2/9).
Pada kesempatan tersebut, sebanyak 67 profesional perbankan berhasil meraih gelar CRM usai menyelesaikan program sertifikasi manajemen risiko. Sebelumnya, pada Juni lalu, BSMR juga menganugerahkan gelar serupa kepada 30 bankir.
Direktur BSMR, Gandung Troy Sulistyantoro, menyebut sertifikasi ini menjadi bukti keseriusan bankir Indonesia meningkatkan kapasitas mereka. “Program ini memastikan para bankir memiliki kompetensi mumpuni untuk menghadapi dinamika industri keuangan,” katanya.
Gandung menambahkan, kompetensi yang diperbarui melalui sertifikasi akan memperkuat daya tahan perbankan nasional. Ia berharap para bankir bersertifikasi dapat berperan menjaga stabilitas, terutama dalam menghadapi potensi krisis di masa depan.
Selain penyerahan sertifikasi, BSMR bersama Indonesia Risk Professional Association (IRPA) juga menganugerahkan gelar kehormatan “Bapak Manajemen Risiko Perbankan Indonesia” kepada Muliaman D. Hadad, Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara.
Ketua Umum IRPA, Alan Yazid, menjelaskan penghargaan ini diberikan atas kontribusi besar Muliaman dalam memajukan industri keuangan nasional. “Dedikasi beliau sejak menjabat di Bank Indonesia hingga menjadi Ketua OJK memberi peran sentral bagi praktik manajemen risiko perbankan,” ucapnya.
Dengan capaian ini, OJK dan BSMR menegaskan kembali komitmen memperkuat kapasitas SDM perbankan agar mampu menghadapi tantangan industri yang semakin kompleks sekaligus mendukung stabilitas sistem keuangan nasional.