PT Polytama Propindo, produsen resin polipropilena (PP resin) terkemuka di Indonesia, terus menegaskan komitmennya sebagai perusahaan petrokimia hijau dengan menghadirkan beragam inovasi berbasis keberlanjutan. Melalui program lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang konsisten, Polytama berhasil menunjukkan bahwa industri petrokimia dapat berjalan seiring dengan upaya menjaga bumi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berkat penerapan ESG yang konsisten, Polytama kembali mendapat pengakuan publik dengan meraih penghargaan Green dan Sustainable Companies 2025 dengan predikat Excellent dari Majalah SWA untuk kategori Best Innovation in ESG Implementation, pada ajang Indonesia’s Best Public Company Best Wealth Creator 2025 dan Corporate Secretary Champion 2025 yang diselenggarakan Rabu (10/9). Penghargaan ini menjadi bukti nyata kiprah Polytama dalam menerapkan prinsip bisnis hijau secara menyeluruh.
Joko Pranoto, Direktur Utama PT Polytama Propindo, menyampaikan, salah satu wujud komitmen hijau Polytama adalah penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di seluruh lini operasional. Perusahaan memasang panel surya untuk mengurangi konsumsi energi, memanfaatkan rotary engine untuk menekan emisi, serta mengubah limbah B3 menjadi energi listrik melalui teknologi fine polymer recycle. Selain itu, air di unit utilitas pabrik didaur ulang untuk menekan penggunaan sumber daya baru.

Tak berhenti di area produksi, Polytama juga mengelola kawasan konservasi seluas 12,84 hektare yang terbagi antara area plant site seluas 9,01 hektare dan Taman Kehati seluas 3,83 hektare. Upaya konservasi ini berkontribusi menghasilkan kredit karbon sebesar 6.594,5 ton CO2 per tahun.
“Polytama telah menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan yang komprehensif, mulai dari pengelolaan energi, emisi, air, hingga limbah, sekaligus membangun hubungan harmonis dengan masyarakat,” ujar Joko Pranoto.
Kinerja hijau Polytama pun diakui pemerintah. Selama lima tahun terakhir, perusahaan konsisten meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sebuah capaian bergengsi yang hanya diberikan kepada perusahaan dengan pengelolaan lingkungan terbaik.
Untuk memperkuat transparansi, Polytama melakukan penghitungan jejak karbon dengan tiga lingkup: emisi langsung (lingkup 1), penggunaan listrik dan aktivitas pendukung (lingkup 2), serta transportasi karyawan, perjalanan dinas, hingga limbah (lingkup 3). Total emisi CO2eq yang tercatat sebesar 107.463 ton, dengan komposisi 18.165 ton di lingkup 1 dan 3, serta 89.297 ton di lingkup 2. Seluruh perhitungan telah diverifikasi Kementerian Perindustrian dengan hasil “Wajar Tanpa Pengecualian”.
Inovasi berkelanjutan Polytama juga hadir melalui pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) dengan metode Cradle to Grave, yang menilai dampak lingkungan dari proses hulu hingga hilir. Melalui LCA, Polytama berfokus pada pengurangan global warming potential, water footprint, land use change, dan cumulative energy demand.
Tak hanya fokus pada lingkungan, Polytama turut menempatkan inklusi sosial dan pemberdayaan masyarakat sebagai pilar utama bisnisnya. Hingga kini, ada lima program inklusi sosial yang dijalankan, dengan sasaran kelompok rentan, marjinal, serta komunitas lokal di Indramayu.
Program pertama adalah Bang Pilo, yang secara khusus berfokus pada pemberdayaan 31 pelaku UMKM pengrajin pindang Lombang. Kemudian ada Dahayu, sebuah inisiatif untuk memberdayakan delapan pelaku UMKM tradisional di Kecamatan Juntinyuat. Program ini membantu mereka agar tetap mampu bertahan dan berkembang di tengah perubahan tren serta dinamika pasar yang semakin kompetitif.
Program ketiga adalah Ekoriparian Tjimanoek, yang mengajak 54 pelaku UMKM di bantaran Sungai Tjimanoek Lama memanfaatkan inovasi biodigester. Tujuannya tidak hanya menjaga usaha mereka tetap produktif, tetapi juga memastikan prosesnya ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Selanjutnya, Polytama menghadirkan Setara, sebuah inisiatif untuk mendukung kaum difabel. Program ini mendorong pemanfaatan plastik sebagai bahan substitusi dalam pembuatan alat bantu disabilitas, sehingga menghadirkan solusi kreatif sekaligus bermanfaat bagi penyandang kebutuhan khusus.
Terakhir, ada Sehati, program pendidikan lingkungan yang menjangkau 4.320 siswa dari 12 sekolah di Desa Lombang. Melalui kegiatan ini, para siswa mendapatkan pemahaman mengenai pentingnya menggunakan plastik secara bijak dan bertanggung jawab, sebagai upaya menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini.
Program unggulan Polytama lain yaitu #PlastikBaik, sebuah kampanye edukasi bagi pelaku UMKM untuk menggunakan plastik secara tepat guna. Data menunjukkan 87,5% UMKM di Indramayu telah memanfaatkan plastik, namun masih ada 12,5% yang belum memahami jenis kemasan sesuai kebutuhan. Melalui program ini, Polytama membantu pelaku usaha meningkatkan kualitas produk dan daya saing.
Ada pula Sistem Distribusi Hijau (SI DIA) yang mendukung UMKM lokal dengan inovasi kemasan food grade serta distribusi ramah lingkungan menggunakan kendaraan listrik. Program ini berhasil meningkatkan pendapatan hingga Rp192 miliar per tahun dan menghemat 10.950 liter bahan bakar setara Rp131,4 juta per tahun.
Inisiatif lainnya adalah WISE-UP (Waste Initiative for Sustainable Environment and Urban Progress), yang menjawab tantangan pengelolaan sampah di Indramayu. Program ini menggabungkan edukasi, inovasi 3R, pemanfaatan energi baru terbarukan, serta aplikasi digital. Melalui biodigester, sampah organik diubah menjadi energi terbarukan. Dampaknya, penggunaan LPG dapat dihemat senilai Rp54,4 juta per tahun, emisi gas rumah kaca berkurang 573,25 ton CO2eq per tahun, serta sampah sebesar 18,9 ton berhasil dikelola.
Manfaat langsung WISE-UP dirasakan 4.320 anak sekolah dan 54 pelaku UMKM. Sementara itu, SI DIA memberi manfaat nyata bagi enam UMKM dan 194 fakir miskin. Tidak heran, survei mencatat Indeks Kepuasan Masyarakat atas program Polytama mencapai 3,88 dari 4,0 dengan kategori “Sangat Baik”.
“Melalui berbagai inisiatif sosial dan inovasi berkelanjutan, Polytama Propindo berhasil menunjukkan bahwa industri petrokimia dapat berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih mandiri, inklusif, dan peduli lingkungan,” tutur Joko.
Dengan jejak hijau yang terus diperluas serta capaian penghargaan bergengsi di tingkat nasional, Polytama berkomitmen melanjutkan transformasi menuju perusahaan petrokimia yang bukan hanya kuat secara bisnis, tetapi juga sebagai green company terdepan di Indonesia.