Sejumlah pengembang rumah bersubsidi mengakui kesulitan menjual rumah dengan program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) karena konsumen keberatan dengan besaran angsuran yang harus dibayarkan.
“Banyak calon konsumen kami yang tidak bisa akad karena awalnya mengajukan pembayaran dengan program FLPP (fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan, tetapi sekarang harus beralih ke BP2BT,” kata Manajer Pemasaran PT Derma Kusuma Artha Angga Juwananto di sela pameran rumah di Solo Grand Mal, Rabu.
Ia mengatakan terdapat selisih bunga kredit antara angsuran program FLPP dengan BP2BT, yaitu untuk FLPP bunga kreditnya sebesar 5 persen/tahun, sedangkan BP2BT sekitar 12 persen/tahun.
“Kalau FLPP kan subsidi dari perintah diberikan di setiap angsuran, sedangkan BP2BT subsidinya diberikan di awal. Kalau jatuhnya sebetulnya sama,” katanya.
Selain itu, jika besaran angsuran program FLPP sama di setiap bulannya, untuk angsuran BP2BT tidak sama. Menurut dia, besaran angsuran BP2BT akan “flat” ketika memasuki tahun ketiga angsuran.
“Padahal konsumen rumah subsidi kan kita tahu segmentasinya. Dengan BP2BT ini besaran angsuran yang harus mereka keluarkan setiap bulannya bisa mencapai Rp1 jutaan,” katanya.