Lembaga kajian ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuannya sebesar enam persen pada penentuan kebijakan, yang dijadwalkan 20 Juni 2019, mengingat laju pertumbuhan ekonomi domestik masih terjaga dan kebutuhan menarik modal asing untuk menjaga neraca pembayaran.
Kepala Ekonom AMRO Dr Hoe Ee Khor di Jakarta, Selasa, dalam paparan media, mengatakan selama ekonomi Indonesia masih tumbuh tidak lebih rendah dari kisaran lima persen, belum ada dorongan kuat bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan dari level saat ini.
“Seperti kami perkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,1 persen tahun ini, maka belum ada alasan kuat bagi BI menyesuaikan suku bunganya,” ujarnya.
Jika sewaktu-waktu ekonomi Indonesia mulai bergulir lemah, maka Bank Sentral baru memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuannya guna memberikan stimulus.
Khor menilai ekonomi Indonesia saat ini relatif baik, bahkan cenderung lebih berdaya tahan dibanding beberapa negara lain terhadap imbas negatif dari ketidakpastian ekonomi global yang bersumber dari perang dagang.
Indonesia, kata Khor, harus tetap mencermati kondisi arus modal masuk sebagai parameter ketahanan eksternal sebelum menentukan kebijakan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate.
Indonesia masih membutuhkan suplai valas melalui aliran masuk modal asing untuk membiayai permintaan valas, seperti untuk kebutuhan pembayaran impor.
“Indonesia masih harus mengarahkan matanya pada kondisi ketahanan eksternal sebelum menentukan suku bunga kebijakan,” ujar Khor.
EP/AN