Jakarta – Badan Pusat Statistik mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2019 hanya tumbuh 5,02 persen. Angka tersebut lebih rendah, ketimbang realisasi pertembuhan ekonomi pada kuartal II 2019 mencapai 5,05 persen.
Meski rendah, pertumbuhan ekonomi Indonesia dari kuartal I-2019 sampai dengan saat ini mencapai 5,04 persen.
“Bila dibanding dengan kuartal II-2018′, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 3,06 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
BPS juga mencatat harga komoditas migas dan non migas di pasar internasional pada kuartal III-2019 secara umum mengalami penurunan jika secara kuartal (q to q).
Penurunan juga terjadi jika dibandingkan secara tahunan (yoy). Hal ini tentu berpengaruh pada perekonomian Indonesia.
Salah satunya terjadi penurunan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) pada kuartal III-2019 mengalami penurunan 16,5 persen dari kuartal II-2018.
Selanjutnya, batu bara mengalami penurunan harga 42,7 persen serta minyak kelapa sawit (CPO) turun 6,85 persen, sementara harga karet naik 1,79 persen
“Di sisi lain, dari empat negara mitra dagang utama Indonesia, perekonomian tumbuh tapi cenderung melambat di antaranya adalah China, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Singapura. Ini semua faktor yang pengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata dia.
Perekonomian saat ini, kata dia, mengalami perlambatan karena terpengaruh oleh kinerja global yang masih diliputi ketidakpastian.
“Meski melambat, tapi ekonomi kita tidak terlalu curam dibandingkan negara lain,” kata dia.
Dengan demikian, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tumbuh 5,04 persen.