Pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memprediksi kontraksi ekspor dan impor Indonesia akan mereda pada 2020 karena negara tujuan utama akan mencari alternatif komoditas di Indonesia sebagai dampak perang dagang.
“Kita diuntungkan juga dengan perang dagang yang berdampak kepada batu bara dan sawit,” katanya dalam seminar Core-Outlook Economic RI di Jakarta, Rabu.
Menurut Direktur Eksekutif Core Indonesia itu, perang dagang akan menekan kinerja keuangan korporasi di China sehingga mereka akan mencari sumber energi yang lebih murah seperti batu bara untuk menekan biaya produksi.
Indonesia, kata dia merupakan satu dari tiga negara bersama Mongolia dan Australia penghasil batu bara.
Selain batu bara, ekspor sawit Indonesia pada 2020 juga akan meningkat karena kenaikan tarif impor minyak kedelai dari Amerika Serikat oleh China akan mendorong permintaan terhadap produk substitusi, seperti minyak sawit.
Selain dengan China, negosiasi bilateral antara Indonesia dengan India tahun ini menghasilkan keputusan penurunan tarif impor minyak sawit Indonesia dari 40 persen menjadi 37,5 persen.
Selain minyak sawit, produk olahan sawit tarifnya juga turun dari 50 persen menjadi 45 persen.