Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) akhirnya menyelenggarakan mengadakan KreatIPO di Kota Bandung. Sosialisasi ini diharapkan bisa membantu para pengusaha sektor parekraf di Provinsi Jawa Barat untuk melirik IPO sebagai salah satu alternatif untuk mengembangkan sekaligus menguatkan perusahaannya lewat mengumpulkan modal lebih besar lewat penjualan saham kepada publik.
Acara yang digelar dengan menggunakan dua metode yaitu lewat temu langsung dengan para pelaku bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif di Kota Bandung dan via daring yang menghadirkan narasumber dan para pelaku usaha yang tidak bisa hadir ke tempat tersebut.
KreatiPO merupakan sosialisasi penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) bertujuan memperkenalkan Pasar Modal dan mendorong pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) untuk masuk ke Bursa Efek Indonesia melalui skema melantai di bursa saham. Acara ini juga didukung Bursa Efek Indonesia (BEI) mengadakan KreatIPO.
Sosialisasi ini diharapkan bisa membantu para pengusaha parekraf untuk melirik IPO sebagai salah satu alternatif untuk lebih mengembangkan sekaligus menguatkan perusahaannya lewat mengumpulkan modal lebih besar lewat penjualan saham kepada publik.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Fadjar Hutomo, yang hadir secara langsung menegaskan topik utama sosialisasi ini terkait dengan peranan dari IPO untuk lebih menguatkan bisnis Parekraf di Jawa Barat.
“ jangan sampai terulang kembali kejadian para startup di sektor ini tumbang karena tidak memiliki modal yang kuat. Karena 90 persen start up di Indonesia pasti tumbang,” kata Fadjar dalam acara sosialisasi KreatIPO di kota Bandung Jawa barat, Jumat (18/9/2020).
Sementara itu Kepala IDX Incubator Jawa Barat, Achmad Dirgantara, memaparkan pasar modal tidak hanya diperuntukkan bagi perusahaan besar. Namun juga sebagai sarana yang dapat dimanfaatkan oleh semua jenis perusahaan konvensional termasuk di dalamnya pelaku usaha parekraf yang ingin tumbuh menjadi besar.
“Perusahaan akan mendapatkan suntikan modal dengan menjual sebagian kepemilikannya kepada publik, lalu akan dimonitor oleh regulator dan media massa. Sehingga sosial kontrolnya tinggi. Selain itu, perusahaan akan dipaksa untuk menerapkan tata kelola yang baik dan akan dituntut untuk bekerja lebih keras, sehingga perusahaan kita bisa memberikan return kepada para investor kita,” ungkap Achmad lewat daring.
Dalam acara KreatIPO kali ini, dihadirkan juga salah satu perusahaan yang sukses dalam menjual sahamnya di BEI Yaitu PT Chitose Internasional Tbk.
Direktur perusahaan yang berkode emiten CINT , Fadjar Swatyas mengatakan perusahannya adalah perusahaan yang membuat kursi lipat dan furniture lainnya. Perusahannya melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada Juni 2014.
Perusahaan yang berpusat di di Cimahi, Jawa Barat tersebut menyebutkan dana yang terkumpul di IPO telah dialokasikan untuk mendirikan fasilitas produksi baru, yang terdiri dari belanja pembelian tanah, lalu pembangunan pabrik baru, pembelian mesin dan alat pabrik, lalu pembangunan flagshipshop serta alokasi modal kerja R&D,” Ungkapnya.
Karena itu Fadjar sangat menyarankan untuk para pelaku usahan Parekraf jika ingin mengembangkan dan memperkuat bisnisnya lebih baik masuk ke bursa saham.
Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber lain yaitu Sekretaris Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf Ahmad Rekotomo, Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf Hanifah, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat Hadi Taufik, Head of Invesment Banking MNC Sekuritas Hadi Pranggono, , dan pakar ekonomi Ki DR Saur Pandjaitan XIII.