Era digital memang unik, memaksa masyarakat untuk menjadi wartawan dadakan. Jika ada informasi harus segera dibagikan kepada masyarakat lainnya. Melalui media sosial atau media percakapan seseorang akan bangga jika menjadi yang pertama tahu kemudian disampaikan kepada khalayak di jagat maya.
Acep Syarifudin, Kordinator Literasi Digital ICT Watch mengatakan, tidak perlu ada yang dibanggakan jika menjadi orang yang pertama menyebarkan sebuah informasi. “Hati-hati dengan psikologis seperti itu atau punya aktivitas seperti itu ini bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang memproduksi hoaks. Untuk menyebarkan hoaks biasanya akan disebar oleh orang-orang seperti itu,” ujarnya.
Menurut Acep saat mendapatkan informasi dari siapapun atau dari mana pun tidak ada jaminan bahwa berita itu benar. Walaupun yang mengirim itu yang mengirimkan kawan baik atau orang terpercaya.
“Kita jangan langsung percaya karena ada hak kita untuk menanyakan kebenaran informasi tersebut. Jangan takut menyinggung, wajib untuk kita mencari tahu kembali,” ujarnya saat menjadi pembicara Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Indramayu, Jawa Barat, Rabu (9/6/2021).
Maka, yang seharusnya dilakukan saat menerima berita atau informasi yang masuk dalam media sosial atau pesan pribadi. “Kita perlu bertanya pada diri sendiri benar atau tidak informasi yang kita dapat. Ternyata informasinya tidak benar, cukup sampai pada diri kita sendiri jangan disebarkan. Bila ternyata benar, coba kita mengira apakah informasi ini bermanfaat atau tidak dan apakah mendesak,” ungkapnya.
Menurutnya, berpikir ulang bertanya pada diri sendiri merupakan sesuatu yang wajar untuk membuat diri semakin berhati-hati dalam bersikap. Berhati-hati dalam menyebarkan sesuatu yang belum diyakini kebenarannya.
Jika informasi tersebut nyatanya benar, masih ada tahapan lain untuk sampai akhirnya disebarkan “Apakah bermanfaat bagi orang lain dan apakah mendesak seperti acara amal pengumpulan bantuan,” tuturnya.
Dalam pidatonya saat meluncurkan Gerakan Literasi Digital Nasional 2021, Presiden Joko Widodo mengatakan, tantangan di ruang digital semakin besar konten-konten negatif terus bermunculan kejahatan di ruang digital terus meningkat. Penipuan daring, perjudian, eksploitasi seksual pada anak, perundungan cyber ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital perlu terus diwaspadai karena mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Maka, Presiden Jokowi menghimbau masyarakat meminimalkan konten negatif dengan membanjiri ruang digital dengan konten-konten positif.
Kecakapan digital masyarakat harus menciptakan lebih banyak konten konten kreatif yang mendidik yang menyejukkan yang menyerukan perdamaian. Oleh karena itu Gerakan Literasi Digital Nasional ini digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi, diadakan di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi, ini juga menghadirkan pembicara lain seperti Loina Lalolo dari Mafindo dan Tukar Nalar, Ni Made Ras Amanda dari Japelidi, seniman Bambang Bujono.