Jejak digital adalah semua informasi terkait diri kita yang muncul di internet. Hal ini bisa mencakup banyak hal, mulai dari foto, audio, video, teks hingga tanda “suka” dan komentar yang kita posting. Jejak digital adalah perjalanan yang tak bisa dihapus dan mungkin akan mencelakakan di masa mendatang, karenanya materi tersebut terus dibahas dalam literasi digital.
Dalam kesempatan webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021) Andhika Zakiy (Koordinator Program SEJIWA) berbagi tentang memahami jejak digital untuk para orang tua, guru dan pengasuh anak. Hal ini dirasa perlu karena pelanggaran data anak banyak terjadi di dunia maya.
“Pikirkan sebelum memposting. Lindungi rahasia yang kita miliki. Penting untuk selalu menghormati privasi dan hak orang lain, meskipun mungkin kita tidak setuju dengan pilihan tersebut. Apalagi anak-anak belum bisa membela haknya. Karena itu orang tua harus cermat Batasan apa saja yang bisa diposting,” jelas Andhika.
Di era belajar online ini anak-anak pun akhirnya pun waktu lebih untuk bergumul di dunia maya. Entah lewat media sosial ataupun game online. Hal ini pun jadi kekhawatiran sendiri. Anak-anak perlu dibimbing untuk meninggalkan jejak digital yang positif. Ada beberapa nilai yang bisa diajarkan kepada anak, yaitu:
- Ajari empati agar anak menjadi terhindar untuk menjadi pelaku tindakan-tindakan negatif seperti membuli, membenci orang lain, berkata-kata kasar di ruang digital
- Ajari menghargai, ajarkan anak untuk jangan malu memuji, menghibur, dan menghargai orang lain.
- Tanggung Jawab, ajarkan anak-anak untuk berpikir sebelum posting dan berani melapor bila melihat ada tindakan yang negatif. Ingatkan apapun yang mereka posting akan menjadi jejak digital mereka.
- Toleransi, ajarkan anak untuk selalu menghargai perbedaan yang ada.
Agar anak-anak tidak terlalu larut di dunia digital, orang tua bisa mengatur penggunaan gadget. Seperti screen time, durasi penggunaan gadget sehari-hari, free screen zone, ciptakan ruang di rumah, dimana tidak boleh ada penggunaan gadget secara pribadi dan screen breaks jeda waktu beristirahat dalam penggunaan gadget.
“Ah, anaknya masih kecil. Perlu diingat jejak digital ini kekal. Anak-anak dengan minim pengetahuan bisa memposting apapun yang mereka suka, jika tanpa kesadaran mungkin akan berpengaruh saat mereka dewasa nantinya. Sekarang metode yang dilakukan seseorang untuk merekrut pegawai atau mengajukan beasiswa dari background check media sosialnya. Kita lindungi anak-anak kita dari sekarang,” jelasnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Siberkreasi di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (18/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Dicky Renaldi (Kreator Nongkrong by Siberkreasi), Asep Kambali (Sejarawan / Founder Komunitas Historia Indonesia), Giri lukmanto (Peneliti Mafindo), dan Key Opinion Leader Bella Winarta Putri.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.