Jejak digital berupa data diri dari kartu identitas memang harus dijaga jangan sampai difoto lalu diunggah di jagat internet. Namun ada hal lain juga yang termasuk jejak digital yang jarang disadari para warganet.
Menurut Rane Hafied Chief Creator Officer PT. Paberik Soera Rakjat aplikasi di banyak situs web mengharuskan kita mendownload aplikasi yang terkadang juga terdapat file yang sudah diunduh formulir. Formulir data dan lain sebagainya itu semua adalah jejak digital.
Ada lagi cookies yang dapat menghasilkan jejak digital. Cookie ialah sebuah program yang menyimpan data saat pengguna masuk ke sebuah website.
“Jadi ketika kita kembali ke website, sistem tahu kita pernah berkunjung dan akan menyajikan data-data kita. Contohnya pernah tidak kita mengisi formulir tiba-tiba baru mengetik dua huruf nama kita tiba-tiba sudah ada nama lengkap karena sebelumnya kita pernah mengisinya. Itu akibat cookies, cookies ini juga yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang menggunakan atau tujuan misalnya mencuri data-data pribadi kita itu bisa terjadi,” kata Rane ketika menjadi pembicara pada Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (30/6/2021)
Komentar kita di postingan orang lain juga merupakan jejak digital yang jarang disadari. Akun selebriti atau tokoh ternama yang kita tidak kita suka suka lantas menjelek-jelekkan mereka. Meskipun menggunakan akun anonim masih bisa dilacak. Tempat yang pernah kita kunjungi juga masuk dalam riwayat Google Map yang juga menjadi jejak digital.
Bagaimana memastikan keamanan jejak digital kita? Rane menyarankan untuk menghapus sejarah browsing. Dia mengibaratkan, seperti kita sedang merapikan kamar, setiap hari usahakan kita rapi-rapi spring cleaning browser. Hapus sejarah pencarian, hapus cookie secara rutin dan biasakan logout dari media sosial kalau tidak dipakai. Cara ini juga dapat dilakukan untuk meminimalisir ketergantungan media sosial.
“Kebiasaan yang saya lakukan sekarang supaya tidak terlalu kepo dengan urusan orang di media sosial. Kalau saya logout, saya harus login dan harus ada usaha. Terkadang malas mengetik jadi tidak jadi buka media sosial. Kalau sudah dalam kondisi login memang enak banget tinggal scroll yang dapat menghabiskan waktu. Kalau gawai kita jatuh atau dicuri orang yang menemukan tidak dapat menguasai media sosial kita yang dapat digunakan untuk menipu teman-teman kita,” jelasnya.
Rane juga menyarankan untuk tidak menampilkan tanggal lahir diri maupun anak juga pasangan, penulisan yang benar nama ibu kandung sebab itu dapat dipakai untuk urusan perbankan atau kemungkinan password untuk data tanggal lahir.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (30/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Devi Rahmawati (Dosen Vokasi Universitas Indonesia), Ari Budi Wibowo (Kepala Bidang Kemitraan Siberkreasi), Rahmat Ika Pakih (Owner Anita Souvernir) dan Putri Yulianti sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.