Dunia digital kini dipenuhi informasi hoax, ujaran kebencian, perundungan, kejahatan cyber hingga pornografi. Hal tersebut menjadi tantangan yang harus dihadapi, diminimalisir bahkan dihilangkan oleh para warganet Indonesia agar tercipta dunia digital yang aman dan nyaman. Tujuannya untuk melindungi semua penghuni digital terlebih anak-anak yang kian akrab dengan digital.
Dewa Ayu Diah Angendar, Peniliti Center for Digital society (CfDS) menjelaskan, cara mewujudkan itu dengan membiasakan diri memahami pesan yang diterima sebelum melakukan respon balik. Sebelum mendistribusikan pesan tersebut harus dicari tahu dulu kebenarannya.
“Sebenarnya tujuannya baik ingin melindungi orang-orang di sekitar. Ada informasi terkadang kita ingin segera meneruskannya kepada orang-orang yang memang sesuai. Tetapi itu akan jadi bermasalah apabila misalnya pesan yang kita terima ternyata tidak betul atau belum di klarifikasi kebenarannya,” ujarnya saat menjadi pembicara pada Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (30/6/2021).
Jadi sebelum melakukan respon balik menjawab menanggapi atau mendistribusikan pesan kepada orang lain. Lihat dulu pesannya kadang ada yang perlu diklarifikasi atau tidak. Kemudian sumbernya bisa dipercaya atau tidak dan pertimbangkan juga apakah pesan tersebut mengganggu nyaman tidak.
Gunakan cara-cara lain yang bisa dilakukan seperti misalnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Pikirkan dulu sebelum melakukan komunikasi dan interaksi.
Selalu bertindak dengan empati dan memperlakukan semua orang dengan bermartabat dan hormat. Perlakukanlah orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. “Misalnya kita tidak merasa nyaman dengan pesan-pesan yang nadanya kasar atau teks dengan banyak tanda seru. Maka seperti itu juga kita harus melakukan hal yang sama ke orang lain,” lanjut perempuan yang kerap disapa Diah ini.
Ciptakan dunia digital penuh dengan pendapat beragam yang membangun. Selalu terbuka dengan pendapat dari orang lain membiarkan perbedaan terjadi. Sehingga tidak terjadi ruang gema dan juga filter bubble. Jika ada yang tidak sesuai dengan pendapat atau opininkita. Jika yang dilakukan ialah memblokir atau menyembunyikan konten tersebut dari halaman media sosial kita.
“Nah ini juga bisa menjadi berbahaya karena akhirnya kita hanya terpapar oleh satu opini yang memang sesuai dengan pendapat kita. Akhirnya kita tidak mendapatkan referensi lain kita tidak mendapat informasi sandingan yang bisa jadi lebih betul atau memberikan beberapa pertimbangan untuk aktivitas-aktivitas kita kemudian,” ungkap Diah.
Kepedulian harus dilakukan misalnya ada rekan menjadi target dari perundungan atau serangan online. Sebaiknya kita turut mendampingi dan membantu mereka melaporkan kepeda pihak berwajib.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (30/6/2021) ini juga menghadirkan pembicara Ferianto (Relawan TIK Indonesia), Farid Zamroni (Presidium Mafindo), Bintang Cahaya (Founder kelaspenyiar.id) dan Dian Putri Nitami (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.