Di era digital, pemilik usaha maupun brand yang ingin beriklan sangat dimudahkan. Mereka hanya perlu memaksimalkan media sosial yang bukan hanya untuk berjejaring saja namun kini digunakan sebagai media promosi.
Sebut saja Instagram, media sosial berbasis foto, sehingga jangan heran ada sebutan Instagramable untuk foto yang benar-benar bagus dan menarik. Instagram memang tempat untuk memasang foto bagus terlebih untuk berjualan. Konon, beberapa konsumen menentukan pembelian mereka berdasarkan foto yang menarik.
Facebook dapat menampilkan foto dan tulisan, tanpa foto pun kita dapat melakukan promosi. Misalnya ingin promosi hanya melalui cerita yang cukup panjang. Facebook dapat diandalkan untuk ini. Pelaku usaha yang jago menulis dapat memanfaatkan Facebook sebagai saran membranding diri sekaligus berpromosi. Media sosial lain yang dibuat promos ialah TikTok yang kini tengah naik daun.
Litani B. Wattimena, Brand Communication Strategist mengatakan pelaku usaha harus pintar melihat apa yang banyak disukai warga digital saat ini. Kuncinya harus kreatif membuat anak Tiktok suka. Media sosial WhatsApp juga dapat dimaksimalkan untuk promosi melalui status atau broadcast ke grup.
“YouTube dapat digunakan untuk memuat video yang lebih lama. Misalnya review atau tutorial produk yang kita jual. Dengan video dengan durasi panjang ini dapat membuat calon konsumen melihat lebih dekat dan semakin jelas produknya,” ungkap Litani di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (2/6/2021).
Pada kesempatan itu, Litani memberikan tips membuat konten untuk promosi. Diawali dengan membuat daftar siapa saja target pasar. Tentukan jenis kelamin, usia hingga pekerjaan. Data soal pekerjaan ini agar melihat daya beli seseorang, untuk mengetahuinya pelaku usaha hanya perlu mengira-ngira pendapatannya.
Setelah itu klasifikasikan target pasar dengan media sosial yang sesuai. Misalnya anak-anak dengan YouTube, remaja menggunakan YouTube Instagram, TikTok, Line. Sementara itu, untuk mereka yang dewasa muda YouTube, Instagram, Facebook, TikTok dan Twitter. Mereka yang lebih senior menggunakan YouTube, Facebook dan WhatsApp.
“Dengan begini kita menjadi paham dan dapat langsung membuat konten di media sosial menurut target. Sangat efektif membidik apa yang menjadi tontonan mereka,” lanjutnya.
Gunakan bahasa kita sendiri dengan pemilihan kata yang baik. Sekalipun untuk deskripsi yang ilmiah atau teknis usahakan masih dengan kata-kata sendiri. Karena bagaimanapun juga di media sosial merupakan teman-teman sendiri. Menggunakan bahasa kita sendiri sesuai dengan testimonial. Orang lain akan lebih mudah percaya jika kita memang sudah menggunakan produk ini dan hasilnya bagus.
Gunakan format huruf, tanda baca dan emoji yang baik sesuai fungsinya. Jangan menggunakan tanda baca yang banyak, tulisan aneh dengan huruf besar huruf kecil digabung atau mengganti huruf dengan angka.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (2/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Catur Nugroho (Dosen Telkom University), Dedy Helsyanto (Kordinator Program Mafindo), Rita Gani (Japelidi) dan Shinta Nova (Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.
