Etika menjadi hal yang biasanya secara naluriah diajarkan para orangtua di Indonesia. Sejak kecil masyarakat sudah mengetahui soal etika, bukan hanya dari keluarga namun juga saat di bangku sekolah.
Namun semua etika itu terkadang terlupa saat berkomunikasi di dunia saat tidak bertemu langsung dengan manusia lain. Di dunia maya seakan kita tidak tahu dengan siapa kita berbicara karena tidak bertatap muka hanya bertatap layar.
Memang sebagai warga digital, kita memiliki hak bebas berpendapat maupun bebas melakukan apapun. Namun di ruang digital kita juga memiliki kewajiban yang sangat perlu dipahami yakni harus dapat bersikap dan bertutur kata yang baik. Justru karena tidak bertatap langsung harusnya membuat kita harus lebih sopan.
Hal tersebut disampaikan Amalia Chairy, Dosen Universitas Sulawesi Barat yang juga relawan TIK. Menurutnya, bukan hanya kesopanan dalam bertutur, di dalam dunia digital warganet juga harus menciptakan keamanan digital dan konten positif.
“Menciptakan keamanan digital berarti kita harus bisa menjaga privasi kita menjaga menjaga identitas diri kita jangan sampai identitas diri terlalu kita umbar di media sosial nanti takutnya ada banyak kejahatan yang datang,” ungkap Amalia saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (5/7/2021.
Kemudian untuk menciptakan akses informasi yang berkualitas dan yang benar. Kini setiap orang dapat membuat konten di media digital maka kewajiban kita membuat konten positif minimal tidak membagi konten negatif apalagi hoaks.
Amalia juga menambahkan, beberapa pelanggaran perilaku netiket yang dianggap mampu merusak dunia digital. Di antara berkomentar jahat atau tidak sopan, menyebarkan informasi hoaks, menyebarkan informasi pornografi, SARA dan kekerasan, menyebarkan karya orang tanpa izin atau tanpa menyebutkan sumbernya.
“Jika dunia digital sudah tidak nyaman sudah banyak hoaks, komentar jahat akan berdampak pada perilaku Nikita juga di sana. Selain kita akan ikut teracuni bahkan mungkin juga kita akan mengikuti hal buruk yang tidak baik bagi diri kita sendiri,” jelasnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (5/7/2021) juga menghadirkan pembicara Bahrudin (Tim Komunikasi Publik Relawan TIK Indonesia), Bambang Bujono (penuli dan editor independen, Septiaji Eko Nugroho (pendiri Mafindo) dan Jessica Alexy sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.