Digital society (warga digital) ala Indonesia ialah masih tetap menonjolkan karakter dan budaya bangsa. Nilai-nilai karakter yang selama ini ada turun temurun berlandaskan pada budaya bangsa yang religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, semangat, kebangsaan, cinta Tanah Air, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
Sikap kita saat menjadi warga digital adalah tetap menjadikan Pancasila sebagai dasar bermasyarakat di era digital. Nilai-nilai tersebut sebenarnya merupakan pengejawantahan dari Pancasila.
Muhammad Miftahul Nadzir, dosen Universitas Muhammadiyah Malang menjelaskan, sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa itu berarti religius, memanusiaan yang adil dan beradab atau sila kedua menandakan kita punya saling, sikap saling memiliki. Sementara itu untuk sila ketiga, Persatuan Indonesia mengartikan kita punya kebanggaan karya anak bangsa atau mengajarkan kita untuk nasionalis mandiri.
“Sila keempat artinya mendasarkan pendapat pada sumber valid dan terpercaya. Menyadari musyawarah adalah cara penyelesaian konflik yang paling baik,” ungkapnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (14/7/2021).
Untuk sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sebuah sikap gotong royong bersikap proaktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inilah yang harus kita bawa ke kehidupan digital pada saat bermedia sosial, komentar postingan, melakukan video confrence, membuat konten digital kita harus ingat pedoman itu.
Kita juga harus bangga terhadap kebudayaan kita sendiri dengan tidak mudah terpengaruh akan budaya luar. Bahkan kita harus mempromosikannya dalam berbagai bentuk kegiatan seperti kelompok musik Weird Genius dengan lagunya ‘Lathi’ yang mendunia.
Lagu itu aransemennya mix kontemporer dan budaya Indonesia dengan gamelannya. Bahkan liriknya juga mengandung bahasa Jawa. Foto mereka sampai terpampang di New York City. Ini merupakan contoh positif bagaimana membawa budaya kita keluar dengan karya berupa kesenian. Kita tidak boleh juga menutup diri dari wawasan budaya luar tapi harus tetap menjunjung tinggi budaya Indonesia sebagai identitas diri.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (14/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Oktora Irahadi (CEO Infina), Al Akbar Rahmadillah (Founder Sobat Cyber), Fakhrullah Maulana (RTIK Indonesia) dan Sari Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.