Mewujudkan kesetaraan di ruang digital yakni dengan mengutamakan kaum rentan. Santi Indira Astuti Co-founder Jaringan Penggiat Literasi Digital (Japelidi) mengatakan, kita sedang berkumpul di sini merupakan orang-orang yang sangat beruntung di manapun kita berada kita bisa melakukan silaturahim virtual, ikut kelas online mendapat ilmu dari jarak jauh.
Berbeda dengan beberapa kelompok di luar sana, banyak yang tidak bisa mengakses internet baik karena permasalahan ekonomi, infrastruktur atau karena kecakapan digital. Kelompok-kelompok yang harus kita lindungi dan angkat bersama-sama di ruang digital ialah ada anak-anak, orang tua, perempuan, warga disabilitas dan penduduk di kawasan 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar).
“Rentan terhadap masalah teknologi, akses dan paparan konten negatif seperti hoaks, ancaman kekerasan daring dan pelanggaran privasi. Dampaknya semakin parah jika kecakapan digital nya rendah,” ujarnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (15/7/2021).
Santi bercerita, dirinya melakukan pendampingan kepada ibu-ibu yang menyebarkan hoaks mengenai penculikan anak. “Sebenarnya ibu tersebut tidak memiliki niat jahat untuk menyebarkan berita bohong. Tapi karena kecakapan digital yang rendah akhirnya malah membuat bikin rusuh,” sambungnya.
Saat ini pemerintah sudah berusaha menjangkau warga di kawasan 3T melalui internet masuk desa. Santi juga sangat mengapresiasi melihat relawan TIK di seluruh Indonesia karena menjadi bagian dari yang upaya untuk memperjuangkan kecakapan digital warga di 3T.
“Mudah-mudahan Japelidi juga dapat berkolaborasi dengan teman-teman semua juga,” harap dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba ini.
Sementara, untuk warga disabilitas terkadang kita melupakan internet sangat menyulitkan mereka selama ini. Kita dalam menggunakan dengan sangat mudah dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dengan keterbatasan fisik, namun patut disyukuri karena setiap tempat sudah melaksanakan ajaran dengan bahasa isyarat. Tetapi bagi teman-teman kita yang tunanetra atau mereka yang memiliki keterbatasan lainnya itu yang harus kita dukung bersama tidak boleh ditinggalkan.
Santi menegaskan, masalah untuk merangkul teman-teman disabilitas ini bukan hanya permasalahan mereka saja tetapi permasalahan masyarakat Indonesia sebagai saudara sebangsa. Bagaimana kita bisa melakukan langkah-langkah yang membantu mengangkat mereka di ruang digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (15/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Rendi Saiful Ajid (Relawan TIK Jawa Barat), Sri Astuty (Dosen FISIP UKM Banjarmasin), dan Putri Yulianti sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.