Teknologi digital yang sejarahnya dari cetak sampai sekarang bentuknya terus berkembang. Contoh, media fiber optik yang sangat berkembang pesat sekali. Akan tetapi, jangan sampai nantinya kita yang dikendalikan oleh teknologi buatan kita. Jadi, teknologi itu jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaan kita. Namun, kita harus bisa menyaring dampak negatif dan positifnya.
Media-media yang saat ini digandrungi oleh generasi sekarang ada Facebook, Twitter, WhatsApp, YouTube. Menurut M. Agreinda Helmiawan, Relawan TIK Indonesia & Dosen STMIK Malang, kegunaannya sampai pada titik ketika kita ingin mencari solusi, kemudian membuka tutorial Youtube.
Namun, ada beberapa hal yang harus bisa dilakukan, seperti menyaringkan apa informasi yang kita lihat di situ. Kita punya akun abcd kita selalu scroll ke bawah sampai dalam itu menyaring informasinya dan harus betul-betul kita filter mulai dari cek alamat situs kebenaran berita, captionnya, dan curiga dengan judul yang cenderung provokatif ini. Pastikan membaca teliti sebelum berbagi.
“Misalkan kita follow apa-apa itu bisa terlihat karakter kita gitulah. Nanti kita coba misalkan mau diam di sini yang akan di-review. Misalkan di Instagram-nya itu dibuka scroll ke bawah kita udah posting apa aja nih. Saya mungkin aja kan di situ sudah posting seperti ini di review 100 posting-an dan komen apa saja yang kita berikan. Lalu nilai diri sendiri apakah itu karakter kita atau mungkin kita terpengaruh pada suasana misalkan lagi rame komentarnya mengenai busana kesana-kemari terbawa suasana dalam sosial media tersebut dan jadi berkomentar jelek,” ujar Agre dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis (15/7/2021).
Ia menjelaskan, kode etik ini adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari. Lalu digital etik adalah disiplin yang kompleks karena perilaku individu sulit untuk di pantai atau di tiap-tiap manusia itu atau tiap netizen itu unik. Jadi karakter kita di dunia maya dan di dunia nyata nya itu berbanding lurus. Kalau kita di dunia nyata nya baik, seharusnya di dunia maya juga seperti itu.
“Mengenai itu, kita tinggal memilih lingkungan yang seperti apa yang kita pasti harus berusaha dengan baik dan tidak bermuka dua pada saat di dunia maya. Di mana kita tetap harus bisa menjaga diri dan menjadi pribadi dan berkarakter yang baik yang dan positif,” jelasnya.
Tips di mana ada tiga yang harus kita ikuti agar semakin baik dan beretika dalam bermedia digital. Pertama pahami tipe media sosialnya. Kedua pasang perisai anti toxic. Ketiga, pakai etika saat berinteraksi, gunakan salam ungkapan saat memulai dan mengakhiri interaksi.
Kapan penggunaan bahasa sendiri, yaitu ketika kita sudah sangat akrab, tetapi tetap pada nilai-nilai pancasila. Pahami konteks saat berinteraksi kepada siapa komentar itu ditujukan, kita pandai membaca situasi berkomentar jangan sampai misalkan ada situasi sedang tidak bahagia kita malah bercanda.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis (15/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara Ismail Tajiri (Ketua RTIK Kab. Sukabumi), Frida Kusumastuti (Universitas Muhammadiyah Malang & Japelidi Indonesia), Taufik Aulia Rahmat (Penulis, Digital Product Manager), dan Jessica Alexy.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.