Budaya merupakan daya dari budi yang berupa cipta karsa dan rasa. Budaya itu sebuah identitas unik dan khas bagi suatu daerah. Tentunya menjadi salah satu kekayaan suatu bangsa bangsa yang memiliki citra dunia karena memiliki kekayaan budayanya.
Untuk Indonesia sendiri seberapa besar kekayaan budaya Indonesia? Menurut data BPS Indonesia memiliki 1.340 suku bangsa setiap suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis seni tradisional. Dapat dibayangkan berapa jenis seni yang ada di negeri kita. Indonesia juga memiliki 77 karya budaya yang didaftarkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.
Travel Blogger Astini Kumalasari yang juga anggota Komite Anugerah Pesona Indonesia menambahkan, jangan lupakan juga Indonesia kaya akan ritual-ritual tersendiri juga local wisdom di setiap suku bangsa. Makanan tradisional dengan beberapa menggunakan bahan-bahan rempah yang hanya ada di wilayah tersebut atau hanya ada di wilayah Indonesia.
Misalnya kebudayaan di Sukabumi ada batik Candramawat, tari Jipeng, wayang Sukuraga dan ritual Seren Taun. Kue moci juga jangan ketinggalan, sebagai oleh-oleh jika kita berkunjung ke Sukabumi.
“Tidak ada alasan lagi untuk tidak mendigitalisasi kekayaan budaya Indonesia. Sangat banyak, bervariasi tidak akan monoton dan tentu memiliki nilai tersendiri sebab terselip sejarah di dalamnya. Tidak akan pernah kehabisan ide untuk membuat konten mengenai kebudayaan Indonesia,” tuturnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (23/7/2021).
Mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa harus budaya yang selalu ditonjolkan hingga juga harus masuk dalam dunia digital. Mengutip apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Budaya, Nadiem Makarim. Pendidikan tidak mungkin dapat efektif tanpa ada unsur budaya dan seni yang kuat.
“Alasan lain tentu agar bangsa ini tidak kehilangan jati dirinya. Ketika dunia tidak ada sekat-sekat lagi dan menjadi datar. Kita butuh jati diri, mengetahui siapa sebenarnya kita. Kalau jati diri kita tidak kuat, bisa terisi oleh banyak hal atau bahkan bisa jadi teroris,” ungkap Dosen Komunikasi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) ini.
Bangga terhadap budaya sendiri dan selalu ingin memamerkan di digital maupun di luar jaringan agar tidak dicuri bangsa lain. Angklung dan Tari Reog pernah diklaim sebagai milik Malaysia, kopi Toraja juga pernah diklaim Inggris.
Kalau tidak kita yang merawat, menjaga membanggakan di hadapan dunia jangan-jangan nanti bangsa lain yang mengakui.
“Kalau sudah diakui baru kita marah nanti mulai netizen +62 yang menyerang. Padahal sebelumnya kita yang tidak peduli dengan kekayaan budaya kita sendiri,” ujarnya.
Memelihara budaya juga ini didukung UNESCO. Terakhir alasannya pasti kebudayaan sebenarnya memiliki nilai ekonomis. Dengan begitu banyaknya budaya di Indonesia tidak mungkin kita tidak dapat memanfaatkan menjadi sebuah konten atau produk yang bisa memiliki nilai ekonomi.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (23/7/2021) ini juga menghadirkan pembicara, Mira Sahid (Kumpulan Emak Blogger), Ira Pelitawati (Relawan TIK), Muhammad Ayip Faturohman (RTIK Kota Cirebon) dan Diza Gondo sebagai Key Opinion Leader).
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.