Salah satu penyebab utama dari tingginya kasus Covid di Indonesia tidak kunjung turun karena setiap hari selalu muncul hoaks. Ada seorang anak bercerita kepada media bahwa ayahnya terpapar virus Covid 19 dan meninggal akibat termakan isu hoaks. Tentang bahaya interaksi obat, setelah dicek obat-obatan, vitamin yang dikasih pemerintah itu sama sekali tidak disentuh sama sekali oleh sang ayah.
Berita di masa-masa pandemi bukan hanya merusak pola pikir manusia tapi juga mencelakakan. Alasan utama kenapa masyarakat Indonesia menyebarkan hoaks sebagai bentuk partisipasi kepada teman di grupnya. Mulai grup arisan atau di grup sekolah misalnya karena lagi masa PPKM kemudian iseng-iseng aja ada yang posting berita dibaca langsung disebarkan.
“Biasanya karena pentingnya sesuai dengan pandangan dia atau kelompoknya terus dia main share ke mana-mana aja tanpa berpikir itu benar atau nggak,” ungkap Defira Novianti, Ketua RTIK Kota Sukabumi dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (26/7/2021).
Eksistensi pengakuan dari orang lain juga menjadi penyebab, kalau belum update belum kekinian. Misalnya sehari aja belum posting sesuatu di media sosial biasanya akhirnya karena bingung isi konten apa. Jadi yang ada main copy paste gitu saja.
Defira mengatakan, beberapa orang yang memang dibayar atau istilahnya buzzer juga kerap menyebar hoaks. “Satu profesi dari itu bahaya banget bisa memecah belah persatuan. Kita bisa apa semua bisa jadi bikin kacau,” ucapnya.
Alasan adanya hoaks adalah bentuk provokasi atau cara untuk pengaruh orang lain. Bisa juga dengan mengadu domba sindir menyindir kelompok tertentu siang begitupun untuk memprovokasi orang lain supaya ikut dengan satu kelompok. Propaganda-propaganda ini biasanya berhubungan dengan isu-isu politik untuk menjatuhkan lawan. Biasanya ramai menjelang pemilu atau Pilkada calon pemimpin kita itu akhirnya yang beredar di sosial media itu yang pertama yang pasti memicu keresahan dan kepanikan.
Defira menyebut, penelitian juga dari kumpulan psikologi di dunia, informasi hoaks itu dapat menyebabkan satu sindrom yang namanya PTSD atau post-traumatic stress disorder. Jadi penderita akan terlalu resah dengan satu masalah sama, satu berita hoaks di media sosial maupun internet. Terlalu stres bisa menyebabkan sindrom yang mengarah ke gangguan mental dan itu bisa berlangsung dalam jangka waktu cukup panjang. Pengobatannya pun butuh terapi oleh orang-orang yang memang kalau kompeten di bidangnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (26/7/2021) juga menghadirkan pembicara, Dicky Renaldi (Kreator Siberkreasi), Leni Fitriani (RTIK Kabupaten Garut), Fikri Mohammad Hakim (Senior Manager Safety) dan Rio Silaen Sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.