Semua aktivitas sudah dilakukan online termasuk dengan berbelanja. Namun perlu waspadai jika tidak hati-hati bukannya senang mendapatkan barang yang diinginkan, kita bisa tertipu uang maupun kecewa karena barang tidak sesuai.
Maka jangan pernah tergiur dengan barang yang murah, salah satu strategi penipu untuk memancing korbannya adalah dengan memasang harga barang yang sangat murah daripada yang ada yang ada di harga pasaran. Apabila berbelanja online dan menemukan toko online yang memasang harga murah maka Anda wajib untuk tidak mudah tergiur dengan apa yang dipromosikan.
Simpan dengan baik segala bukti-bukti transaksi, jangan pernah membuang segala bukti yang berkaitan dengan transaksi. Seperti bukti percakapan melalui chat atau juga bukti transfer.
Menurut, Blogger Wijaya Kusuma yang juga Ketua RTIK Kabupaten Subang, agar lebih aman sebaiknya simpan segala bukti tersebut hingga menerima barang yang dipesan. “Bukti transaksi dapat di foto atau screen capture begitu juga dengan pesan percakapan,” tuturnya.
Selanjutnya, jangan berpatokan pada testimoni. Dahulu melihat testimoni milik sebuah toko online bisa menjadi acuan ketika akan memilih toko online. Namun sepertinya hal ini tidak berlaku lagi karena oknum-oknum penipuan sekarang semakin pintar dalam mengelabui para korbannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya korban penipuan karena mereka terlena dengan teks testimoni palsu si penipu. Sebab aplikasi untuk membuat percakapan di WhatsApp sudah ada sehingga siapapun bisa membuat seakan-akan itu percakapan antara penjual dan pembeli.
Untuk di marketplace memang lebih terpercaya jika bintang dan komen berbicara. Karena langsung dari para pembeli. Namun tetap harus melihat satu persatu bagaimana testimoni yang diberikan konsumen. Sebagai pembeli, ada hak untuk meminta foto barang asli.
Dalam beberapa kasus penipuan terdapat beberapa cara dan trik yang dilakukan oleh penipu salah satunya trik si penipu adalah dengan mengirim barang yang tidak sesuai dengan aslinya. Bahkan si penipu tidak mengirimkan barang yang dipesan dan hanya mengirimkan kardus kosong.
Berbicara saat Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin (26/7/2021), Wijaya menyarankan untuk selalu mengutamakan COD (Cash on Delivery) ketika akan membeli sebuah barang. Usahakan selalu mencari toko yang menjual online dekat dengan lokasi supaya bisa dilakukan COD dengan bertemu si penjual. Dengan demikian Anda bisa mengecek langsung barang yang dibeli sekaligus meminimalkan tindakan penipuan.
“Biasanya ini untuk barang dengan harga tinggi atau yang tidak bisa menggunakan jasa pengiriman juga produk yang tidak ada di marketplace Memang lebih aman dengan COD atau menggunakan rekening bersama,” jelasnya.
Menggunakan rekening bersama (rekber) yakni pihak ketiga untuk memfasilitasi transaksi Anda dengan penjual pihak ketiga ini berfungsi untuk menjaga transaksi tetap aman. Namun tentu saja dalam menggunakan jasa ini anda perlu mengeluarkan sedikit biaya. Rekber akan membuat Anda tenang dalam melakukan transaksi karena uang yang ditransfer ke bank penjual nantinya akan ditahan dulu oleh pihak rekber dan uang tersebut akan dicairkan kepada penjual apabila pembeli sudah menerima barang yang dibelinya dan mengeceknya.
Menghindari penipuan kartu kredit pelaku penipuan yang mengincar data-data kartu kredit Anda biasanya akan menggunakan email sebagai sarana untuk menjalankan aksinya. Oleh karena itu bila ada sebuah email di inbox Anda dan meminta data rekening atau kredit kartu kredit maka sebaiknya Anda abaikan karena kemungkinan besar itu adalah ulah si penipu.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Senin (26/7/2021) juga menghadirkan pembicara Devie Rahmawati (Universitas Indonesia), Asep Suhendar (Relawan TIK), Bukhori (RTIK Sukabumi) dan Gabriela Citra sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.