Konon di dunia digital adalah tempat untuk saling berinteraksi bukan untuk bersaing namun berkolaborasi. Lantas Seperti apa berinteraksi dan berkolaborasi yang baik di dunia digital sesuai etika.
Hanifah Fibianti Founder Molecula sebuah lembaga Komunikasi Massa di Indonesia mengatakan, jadi diri sendiri. “Kalau saya biasa menulis menggunakan bahasa Indonesia logat Betawi. Ketika di dunia digital, saya akan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan mengurangi sedikit logat Betawi saya,” tuturnya.
Bukannya maksud Hani tidak bangga terhadap kebudayaan aslinya tapi ketika di dunia digital dia akan menemui banyak beragam orang dari berbagai asal suku bangsa. Sehingga harus ada jembatan untuk dapat melihat siapa yang diajak bicara.
Jadi pada saat kita membuat konten pakailah baju kita sendiri. Gunakanlah kebiasaan kita sendiri yang kemudian disesuaikan dengan orang lain yang kita ajak berbicara.
Ceritakan unggahan kita itu dengan hati kalau bercerita dari hati pasti keluarnya baik. Kalau pakai kepala terkadang panas. Gunakan kepala sekaligus hati pada saat yang bersamaan akan tetapi pada saat kita bercerita menggunakan hati. Karena pada saat kita menggunakan hati keluarnya pasti cerita yang cerita seperti kepribadian kita tidak dibuat-buat dan pastinya lebih gampang membuatnya.
Kemudian sebagai warga digital kita dapat bergaul di dunia digital dengan terlibat dalam diskusi. Hani menyarankan, pilih diskusi yang menarik.
“Saya senang diskusi budaya, sejarah makanan juga batik. Saya tidak suka berbicara politik jadi pasti saya akan menghindar,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (28/7/2021).
Tujuan diskusi di tema yang kita sukai, akan mendapat ilmu udah pasti serta mendapat input yang sifatnya membangun. Dalam unggahan kita di media sosial, kita juga dapat memancing untuk bisa berdiskusi. Kita cukup bertanya di akhir postingan, “Bagaimana menurut teman-teman silakan jawab di kolom komentar.” Tentu bukan topik kontroversial yang mengundang pro kontra.
Dalam berkolaborasi atau berinteraksi kita juga dapat memberikan kebaikan untuk semua. Kebaikan walaupun hanya sekadar mengingatkan teman untuk beribadah. Atau juga mengingatkan untuk terus memakai masker atau menjaga protokol kesehatan lebih mencegah penyebaran Covid. Meskipun itu terkesan sudah sering namun itu lebih bagus dibanding kita hanya mengunggah konten-konten kontroversi seperti radikal bullying atau body shaming lebih baik positif untuk kebaikan bersama.
Di dunia digital inilah saatnya untuk saling menguatkan teman dan saudara-saudara sebangsa bagaimana kita saling menguatkan agar ebih cepat kita keluar dari pandemi. Saling mengingatkan dan support, saling menunjukkan empati.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (28/7/2021) juga menghadirkan pembicara Citra Rosalyn (Japelidi), Vitalia Fina Carla (RTIK Bali), Erick Gofar (ICT Watch), dan Dea Ken Wardani sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.