Survei Komunitas Pancasila Muda pada Mei 2010 menyebutkan responden milenial anak muda dari 34 provinsi tercatat hanya 61 persen yang merasa yakin dan setuju nilai-nilai Pancasila sangat penting dan masih relevan dengan kehidupan mereka. Sementara 19,5 persen bersikap netral dan 19,5 persen menganggap Pancasila tidak penting dan hanya sekadar istilah yang tidak mereka pahami maknanya.
Survei tahun 2018 juga mencatat dalam kurun waktu 13 tahun masyarakat dalam pengetahuan Pancasila telah mengalami penurunan sekitar 10 persen. Tadinya sebesar 85,2 persen pada 2005 merosot menjadi 70 persen pada 2018.
Bambang Sadono, Dosen magister hukum Universitas Semarang mengatakan, inilah masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Dasar negara malah hanya 60 persen saja yang masih mengaku relevan. Kalau generasi muda tidak peduli terhadap Pancasila, bagaimana mensosialisasikan nilai-nilainya Secara pengetahuan, pemahaman terhadap Pancasila terus menurun dan terus berkurang.
“Tapi tentu itu akan berdampak terhadap implementasinya, internalisasinya karena seseorang harus mengerti faham dulu baru kemudian internalisasi menghayati. Baru tahap berikutnya bisa mengamalkan dan mewujudkan di dalam perbuatan karakter tindakan keputusan sehari-hari,” ungkapnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/7/2021)
Inilah salah satu contoh kekawatiran kalau kita tidak memperhatikan nilai-nilai yang ada di Pancasila, maka akan memperbanyak konten negatif di sekitar kita, di dunia digital. Misalnya informasi yang kurang akurat karena kurang pengetahuan atau kesengajaan bahkan dipakai sebagai alat untuk kepentingan kepentingan tertentu. Akibatnya akan menyebabkan perbedaan persepsi dan perbedaan kepentingan.
“Selebihnya Kita juga harus hati-hati kenapa kita memerlukan basis budaya yang kuat karena kita juga menghadapi sistem dunia digital yang tidak bisa terkendalikan sepenuhnya. Bahkan oleh para pembuat sistem itu sendiri,” tutur Pengelola kanal YouTube inspirasi Jawa Tengah.
Seperti yang terjadi sampai saat ini. Masyarakat digital belum berhasil mengamankan perlindungan data pribadi sebab bahkan undang-undangnya juga belum diresmikan.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKomInfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (29/7/2021) juga menghadirkan pembicara Denden Sofiudin (Rumah Kopi Temanggung), Leviane Jackelin Hera Lotulung (Japelidi), Muhammad Arifin (RTIK Indonesia), dan Almira Vania sebagai Key Opinion Leader.
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.
Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.