Menurut Arnold J Toynbee peneliti banyak peradaban di dunia seperti peradaban Islam, peradaban Eropa Barat, peradaban Kristen Koptik, perabadan Tiongkok dan sebagainya. Peradaban yang pernah muncul terdiri dari 4 lapisan dari yang terdalam sampai dengan terluar. Yang terdalam itu terpenting dan yang terluar adalah akibat atau produk dari lapisan pertama.
Mi’raj Dodi Kurniawan, penulis dan penggiat literasi menjelaskan, lapisan terdalam adalah visi spiritual yaitu modal spiritual bagaimana budaya dibangun atau bagaimana cara agar bertahan di muka bumi. Lapisan kedua adalah efek dari spiritual yakni etika, etika ini bukan etiket.
“Etiket itu spesifik yang berlaku hanya di beberapa tempat atau di tempat-tempat tertentu. Contohnya etiket itu seperti anak cium tangan orang dewasa, kalau di timur ini ingin menghormati orang tua. Tapi tidak begitu dengan etiket yang ada di budaya barat. Jadi memang ini spesifik di wilayah tertentu saja kalau kita hidup di wilayah multi budaya etiket itu penting dilakukan. Bukan berarti anak-anak muda di Eropa yang tidak cium tangan itu bukan anak-anak yang baik karena memang tidak sesuai dengan etiket mereka,” jelasnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021).
Sedangkan etika itu menyangkut moral mengenai benar salah, tentang baik dan buruk. Etika lebih menonjolkan pada pemilihan untuk berperilaku, memilih yang benar, melakukan yang benar, memilih yang baik melakukan yang baik pula itulah etika. Lapisan ketiga adalah estetika yaitu tentang keindahan kalau dalam arsitektur menyangkut warna, ukuran, presisi ukuran dan sebagainya, terakhir, lapisan ke-4 adalah ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Sebuah peradaban tidak akan hilang atau tidak akan dipengaruhi peradaban lain yang lebih kuat jika visi spiritualnya masih tetap dipertahankan. Tetapi kalau visi spritualnya sudah terpengaruhi sudah dikalahkan maka etika, estetika dan iptek akan kalah.
Di Indonesia, visit spiritual masih tetap seperti yang dulu tidak berubah memiliki sisi spiritual namun untuk etika masih belum sesuai. Faktor etika dan IPTEK yang membuat bangsa ini belum menjadi negara maju. Dalam soal etika masyarakat masih bermasalah dan ini harus terus diperbaiki di setiap zamannya.
“Jadi kedepannya kalau Indonesia ingin membangun peradaban yang maju maka bangunlah visi spiritual kepada bangsa ini kemudian bangun etika estetika dan iptek tentu ini memerlukan pembelajaran pendidikan,” ujar Mi’raj.
Jadi bukan hanya soal bagaimana pemikiran tapi soal perilaku. Sejak awal etika sudah menjadi bagian dari kehidupan bahkan peradaban termasuk juga dalam berdigital, nilai-nilai etika dalam berdigital harus selalu diperhatikan oleh warga digitial.
Mereka harus memiliki kesadaran untuk memanfaatkan media digital dengan tujuan yang benar dan tata cara yang tepat. Memiliki rasa tanggung jawab untuk mau menerima konsekuensi atas apa yang sudah diperbuat di media digital. Masyarakat memiliki integritas atau kejujuran menyampaikan apapun sesuai dengan kenyataannya dan selalu menyampaikan hal-hal yang bermanfaat bagi kemanusiaan misalnya menambah ilmu menyadarkan, menginspirasi dan menghibur.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021) juga menghadirkan pembicara Stefany (Make-up influencer), Iwan Kenrianto (founder Yukbisniskost), Mario Devys (RTIK Indonesia), dan Dea Ken Wardani sebagai Key Opinion Leader.