Dalam penggunaan media digital yang harus disadari adalah bagaimana mengelola identitas digital dan data pribadi di platform digital. Sebab, tidak sedikit dari warganet abai terhadap identitas diri saat melakukan aktivasi di media digital. Memang tidak hanya di Indonesia saja permasalahan terjadi hampir di seluruh dunia para netizen masih melupakan soal data pribadi yang harus dijaga di dunia maya.
Masalah kebocoran data ataupun pengambilalihan media sosial dan berimbas kepada teman-teman kita yang dirugikan sering terjadi. Kasus-kasus sederhana yang sebenarnya terjadi karena kelalaian kita sendiri.
Wakil Ketua Umum Siberkreasi, Mira Sahid menjelaskan identitas warga digital dibagi menjadi dua yaitu yang terlihat dan tidak terlihat. Identitas terlihat adalah yang bisa kita bagikan kepada orang lain bahkan kita cantumkan di media sosial seperti nama, foto profil, deskripsi identitasnya tercantum dalam akun meskipun kita tetap harus hati-hati tidak boleh terlalu lengkap. Sementara itu, identitas yang tidak terlihat adalah suatu yang bersifat rahasia. Seperti password di media sosial dan rekening lalu atau pantai password yang dikirimkan oleh platform secara langsung lalu two factor authentication untuk mengamankan juga tidak ada yang berhak mengetahuinya.
“Identitas diri kita itu sangat mudah sekali didapatkan, kita menceritakan diri kita sendiri sudah merupakan sebuah identitas kita. Foto di depan rumah kita yang kelihatan nomor rumah itu sebuah identitas alamat. Apalagi jika kita me-tag kompleks rumah kita itu menjadi sebuah identitas diri kita di dunia digital maka dari itu hati-hati dalam membagikan sesuatu. Sadar sampai mana sebenarnya kita sedang membuka identitas pribadi kita itu,” jelas Mira di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021).
Identitas digital lainnya yaitu berupa foto atau video maka ketika kita ingin tag seseorang jangan lupa untuk meminta izin kepada mereka untuk video atau fotonya di akun kita. Untuk menjaga identitas digital, kita menggunakan identitas asli atau samaran itu hak kita sebab masing-masing memiliki plus dan minusnya.
Jika menggunakan nama asli itu menyangkut dengan pekerjaan kita, orang yang akan mempekerjakan atau bekerjasama dengan kita biasanya mencari nama kita di media sosial. Walaupun dengan nama samaran, bukan berarti dapat bebas menyerang orang, ada IP address yang dapat dilacak di manapun kita berada.
Amankan identitas utama kita yaitu email dengan memberikan back up email sehingga jika lupa password kita bisa mencari tahu melalui nomor ponsel atau email ke-2. Ganti password sesering mungkin di email maupun akun media sosial, kuatkan password bukan hanya huruf saja namun kombinasikan dengan angka dan simbol.
Sementara itu, data pribadi sifatnya umum meliputi, nama, jenis kelamin, kewarganegaraan, agama, tanggal lahir, pekerjaan, alamat, email, nomor telepon. Ada juga data pribadi khusus seperti data kesehatan, keuangan, preferensi seksual, pandangan politik, data keluarga dan data kejahatan di masa lalu.
Kenapa data pribadi apalagi yang khusus itu harus dilindungi? Founder Kumpulan Emak Blogger ini menjawab, tentu agar seseorang terhindar dari hal-hal intimidasi online terkait gender, mencegah dari penyalahgunaan data pribadi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, pencemaran nama baik karena di-hack orang mungkin saja hacker mencemarkan nama baik.
Kita tidak perlu takut selama hati-hati dan bisa mengelola akun media sosial meskipun butuh usaha lebih misalnya password yang susah agar tidak mudah dilacak oleh hacker dan juga diganti secara berkala. Mira mengatakan, memang pusing harus mengingat tapi begitulah upaya kita untuk menjaga keamanan.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (4/8/2021) juga menghadirkan pembicara Asep Suhendar (Relawan TIK dan kreator konten), Littani Wattimena (Brand & Communicattion Strategist), Erri Gandjar (Radio Oz Bali), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.