Banyak orang tua zaman sekarang yang sedang mengatur screen time atau waktu anak menggunakan gawai. Sebab dalam penelitian terbaru yang menunjukkan perkembangan bicara dan bahasa bergantung pada interaksi manusia sehari-hari. Jadi kalau banyak terlalu banyak di depan layar Makanya sekarang kita temui anak-anak yang sulit berkomunikasi di dunia luar jaringan akibat kebanyakan di depan layar gawai mereka.
Psikolog Ronal Tahutu sepakat dengan itu, jika anak yang masih dalam tahap pertumbuhan gaya bicara dan bahasa perkembangan bicara dan bahasa distimulasi interaksi di dunia nyata. Ketika sudah dewasa, seperti yang dialami kita, media sosial mempengaruhi hidup kita dari norma nilai sikap dan perilaku dan ternyata ini berpengaruh tidak hanya terhadap dunia di online tetapi juga offline.
“Mengenai demokrasi politik kita merasakan ini ketika Pemilihan Presiden (Pilpres) bahkan Pilpres negara adidaya seperti Amerika Serikat mengakui bahwa pemilihan presiden yang mereka lakukan itu lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang berada di luar negara mereka yakni di dalam media sosial,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/8/2021).
Kehidupan sosial ekonomi juga sangat berpengaruh oleh media sosial. Inilah yang mempengaruhi kehidupan baik online maupun offline. Jadi media sosial tidak hanya mempengaruhi kegiatan online kita tetapi juga kegiatan offline.
Kita dapat melihat setiap orang dalam menerima informasi dan membuat keputusan memiliki gaya komunikasi yang sangat berbeda dan orang lain harus dapat menghargai adanya keragaman gaya dalam preferensi komunikasi. Terutama pada saat ini dalam dunia kerja ada banyak angkatan kerja setiap generasi yang mempunyai cara dan kemampuan komunikasi yang berbeda. Misalnya baby boomers lebih lebih suka dengan tatap muka, maka ketika berkomunikasi dengan mereka tataplah wajah mereka.
“Ketika anak zaman sekarang senang berkomunikasi dengan gawai, para orangtua dapat beradaptasi dengan teknologi. Menggunakan teknologi yang paling dasar untuk kebutuhan hidup mereka seperti telekomunikasi atau aktivitas perbankan,” jelasnya.
Transformasi digital ini sangat mengaburkan batasan tradisional saat ini sebelum ada layanan pesan antar misalkan restoran hanya berdasarkan cakupan orang-orang yang datang ke tempat tetapi dengan adanya Go-food dan sejenisnya cakupan konsumen makanan meluas. Kehadiran ekosistem baru dihasilkan transformasi digital yang juga semakin erat dengan kolaborasi. Di dunia digital tidak mungkin hanya sendiri saja dengan keahlian kita sangat tergantung pada orang lain.
Bagaimana kita bisa bekerjasama untuk memasarkan produk itu kita membutuhkan kolaborasi budaya gotong-royong dalam masyarakat Indonesia itu adalah modal dasar yang bisa kita kembangkan ini untuk mengantisipasi perubahan mendasar yang besar dalam pemerintahan.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (5/8/2021) juga menghadirkan pembicara Aditianata, dosen Universitas Esa Unggul, Muh. Nurfajar Muharram relawan TIK Indonesia, Oktavian Jasmine (Pebisnis Online), dan Tanisha Zharfa sebagai Key Opinion Leader.