Pandemi Covid-19 ini semakin berat karena kehadiran hoaks, banyak kerugian yang dihadirkan oleh informasi bohong yang tersebar. Sudah banyak korban yang terungkap maupun tidak. Terakhir yang diungkap media, seorang anak kehilangan kehilangan ayahnya akibat hoaks yang digulirkan soal interaksi obat Covid-19 yang berbahaya. Sang ayah percaya sehingga tidak meminum obat ketika sudah dinyatakan positif Covid-19.
Hoaks memang sangat mengganggu, menyulitkan para tenaga ahli, medis untuk mensosialisasikan mengenai virus ini kepada masyarakat. Seperti yang diakui dr. Wafika Andira, hoaks sudah terlalu banyak, tumpang tindih dengan fakta sesungguhnya. Dia mengaku, sempat kebingungan menjelaskannya seperti apa di media sosial. Dr. Fika memang memanfaatkan media sosial untuk lebih aktif sebagai health educator. Menurutnya menjelaskan hoaks dengan pasiennya secara langsung lebih nyaman ketimbang di media sosial karena lebih personal.
“Sampai bercandaan dia saja saya anggap serius saya jelaskan kalau itu tidak bener, padahal saya tahu itu hanya becanda. Bagi saya urusan kesehatan itu harus serius, takutnya kalau kita bawa becanda juga dikira mereka malah bener. Dan obrolan becanda ini dibawa keluar, disampaikan ke keluarganya malah nanti akan simpang siur,” ujarnya saat menjadi pembicara di webinar Gerakan Literasi Digital Nasional 2021 untuk wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021).
Dokter umum ini bercerita sempat tidak ingin menanggapi hoaks, karena malas berdebat dengan orang yang susah untuk percaya tapi semakin lama nyatanya makin banyak. Namun dia berpikira ulang, kalau tidak diedukasi mereka yang percaya hoaks akan menyebarkan lebih banyak ke orang-orang, nanti akan semakin banyak yang percaya hoaks.
“Trigger yang saya rasakan ketika menyadari Indonesia tidak akan mencapai herd imunity kalau masih banyak juga orang yang nggak mau vaksin karena percaya hoaks. Sekarang saya ladeni jika ada yang bertanya mengenai informasi hoaks, tidak berebat berkepanjangan langsung saya kasih link turn back hoaks saja,” tuturnya.
Kalau di media sosial, audiens lebih banyak dan beragam sehingga saya cek sendiri di web turn back hoaks atau website lain untuk mencari fakta sesungguhnya. Jika hanya diberi tahu itu salah dan termasuk berita hoaks dan diberi beberapa penjelasan ilmiah terkadang masih ada yang kurang puas, jadi lebih baik langsung disertakan bukti kalau informasi itu hoaks.
Dr Fika menyatakan, sesunguhnya apa yang dia lakukan bukan hanya dapat dilakukan seorang dokter saja tetapi juga semua masyarakat yang peduli akan kebenaran informasi. Masyarakat pun dapat turut menjadi penyangkal hoaks, bukan hanya menjaga protokol kesehatan namun juga mampu memfilter informasi dan penangkal hoaks di lingkungan terdekat.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021) juga menghadirkan pembicara Queena Fredlina (RTIK Bali), Ridwan Rustandi (Dosen UIN Bandung), Fikri Muhammad Hakim (Senior manager Safety) dan Gunawan Lamri Founder dan CEO PT. Kuliner Anak Indonesia