Budaya itu seperti air yang menetes satu per satu lalu menyebar dan menjadi banyak. Budaya itu dilakukan oleh kebiasaan satu dua orang kemudian diadopsi orang lainnya dan terus menyebar menjadi kebiasaan yang akan sulit diubah. Budaya itu juga tidak muncul tiba-tiba, namun pelan-pelan.
Litani Wattimena, Pakar Brand dan Komunikasi menyebut budaya KPop yang mewabah hampir di seluruh dunia. Terlebih di Indonesia, mengapa seperti itu? Mudah saja jawabnya karena mereka mempromosikan secara terus menerus dan masyarakat Indonesia sendiri yang mempopulerkan budaya secara tidak sadar.
Selalu membahas lagunya, idol hingga kehidupannya, belum lagi selama pandemi ini mengisi waktu dengan menonton drama Korea. Mulai membahas jalan cerita hingga akhirnya kebiasaan apa saja yang kerap mereka lakukan. Itu secara tidak sadar oleh masyarakat Indonesia selalu diperbincangkan secara terus menerus.
Akhirnya yang terjadi Korea selatan menjadi impian setiap orang di Indonesia, kita sudah mempopulerkan mereka membantu mereka secara tidak langsung di banyak sektor, seperti pariwisata mereka, gaya hidup mereka, skin care dan kosmetik berasal dari mereka. Karena setiap drama korea selalu menyelipkan bagaimana mereka merawat wajah hingga tampilan bisa glowing dan ingin diikuti oleh perempuan Indonesia.
Belum lagi iklan dan juga aktor yang menjadi brand ambassador produk skin care itu. Makanan korea juga menjadi hits mulai roti hingga kimchi yang sebenarnya rasanya bukan selera orang Indonesia, penampilan atau gaya Korea pun diiukuti gaya busana, hingga interior rumah.
“Budaya Korea Selatan ini menyebar begitu luas, cepat mewabah, karena teknologi digital mempercepat, bagaimana dengan budaya Indonesia? Di tengah masyarakat yang lebih suka mempromosikan budaya orang lain. Beberapa tahun silam batik Indonesia pernah ingin diakui Malaysia karena kita lengah lalai, kita tidak pernah membicarakan budaya kita sendiri, tidak heran jika budaya Indonesia diambil oleh orang lain, kita melihat budaya sendiri itu kuno sangat tradional sehingga celah ini dimanfaatkan oleh negara lain mengklaim budaya Indonesia,” jelasnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 untuk wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021) pagi.
Ketika sudah diambil baru masyarakat ramai, makanya perlu kesadaran untuk tidak melupakan budaya Indonesia. Tahun ini beberapa batik Indonesia sudah mendunia dipakai perancang busana kenamaan dunia. Hal ini bisa terjadi karena ada orang yang memang mengerjakan, membawa budaya Indonesia keluar negeri.
“Para seniman dan perjain batik yang dapat meluaskan budaya Indonesia. Kita pun yang hanya di rumah saja ini, yang tidak memiliki keahlian dalam seni, masih bisa mempopulerkan kebudayaan Indonesia melalui teknologi digital,” ungkap Litani.
Media sosial yang hampir setiap saat kita gunakan ini, sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat promosi. Kita dapat menceritakan kebudayaan Indonesia, keunikan yang ada dalam setiap budaya seperti busana suku di Indonesia yang memiiki arti tersendiri, adat saat pernikahan yang hampir berbeda di setiap daerah hingga makanan khas daerah yang unik.
Litani mengingatkan, termasuk memasukan budaya Indonesia dalam aktivitas di dalam dunia digital. Saat berbudaya digital tetaplah mengingat dasar Indonesia yakni dengan menerapkan seluruh nilai Pancasila. Saat ada di ruang digital mulai dari toleransi sesuai sila pertama kesetaraan, sila kedua bangga produk local, sila ketiga bermusyawarah dan berdiskusi untuk menemukan solusi, sila keempat dan gotong royong dalam membantu sesama saudara, sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan Pancasila ini, kita sudah siap berbudaya digital dengan membawa budaya Indonesia mulai dari warisan kebudayaan hingga nilai hidup.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021) pagi, juga menghadirkan pembicara Dudi Rustandi (Universitas Telkom), Virginia Aurelia (owner divetolive.id), Felix Kusmanto (psikolog dan Peneliti SDM), dan Beniko sebagai Key Opinion Leader.