Budaya merupakan cara hidup, perilaku yang dilakukan sekumpulan orang misalnya masyarakat Indonesia dan budaya ini biasanya diwariskan. Budaya itu bukan hanya terbatas pada adat, seni daerah atau yang sering dibicarakan soal kebudayaan. Kebudayaan sendiri merupakan hasil produk budaya.
Di era teknologi ini juga turut membentuk budaya, misalnya keseharian kita dengan media sosial yang telah menjadi galeri hidup kita. Kita posting keseharian, apa yang kita sukai tetapi dari situ ketika media sosial sudah menjadi budaya kehidupan digital.
Menurut Muhammad Anis Al Hilmi, dosen JTI Polindra, media sosial dikatakan dapat menggeser nilai, karena media sosial sebagai galeri hidup kita. Sehingga kita menginginkan galeri tersebut selalu bagus, ada rasa yang menginginkan kita selalu dinilai baik, senang dan sempurna. Pergeseran bahwa media sosial kita kebanyakan isinya hal materil fisik juga pencapaian prestasi dan lainnya.
“Begitu juga kebahagiaan kita sekarang dinilai dari jumlah like, followers. Begitulah kehidupan di era digital, kita beralih bukan hanya menjadai warga negara tetapi warga digital. Sama seperti menjadi warga negara yang tunduk akan aturan di di negara ini. Menjadi warga digital juga ada aturan yakni beretika digital,” ujar Anis saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021di Kabupaten Garut Jawa Barat, Jumat (6/8/2021).
Di era digital ini tidak ada batas dan keterbatasan mulai dari jarak waktu semua tidak terbatas. Kita dapat berbicara dengan mereka yang ada di tempat mana saja. Perlu diingat saat berdigital kita menjadi wajah atau perwakilan Indonesia di mata dunia. Meskipun sudah menjadi warganet tetap saja kita warga negara Indonesia yang wajib menjaga citra.
Saat menjadi warganet juga kita menjadi punya suara yang mungkin saja dapat mengubah kebijakan, seperti yang baru saja terjadi ada wacana vaksin berbayar. Kemudian di media sosial netizen heboh semua menolak dengan kebijakan tersebut. Akhirnya para pengambil kebijakan mendengar suara-suara itu dan mengubah rencana mereka. Itulah kekuatan suara para warga digital. Jika banyak nilai yang bergeser, diharapkan salah satu nilai juga budaya Indonesia yakni gotong royong tidak mengalami pergeseran.
“Nyatanya memang tidak, gotong royong ini sangat bisa dilakukan di dunia digital seperti gerakan Kawal Covid19 yang digagas Ainun Najib membutuhkan relawan pekerja digital untuk membantu membuat kanal guna memantau mereka yang terdampak pandemi. Saya ikut gerakan ini dan banyak pekerja digital bahkan hingga yang tinggal di luar negeri. Sungguh beragam dan luar biasa semangat mereka, bangga ikut terlibat,” ungkap relawan TIK Kabupaten Cirebon ini.
Gotong royong yang dilakukan di dunia digital mengartikan jika kita sebagai warga negara Indonesia turut membawa Pancasila ke dunia digital tetap berwajah Indonesia di hadapan dunia.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Garut Jawa Barat, Jumat (6/8/2021) juga menghadirkan pembicara Aaron Daniel (Kreator Konten), Kis Uriel (Development Coach), Ismita Saputri (Pengusaha dan Podcaster), dan Almira Vania sebagai Key Opinion Leader.