Tantangan masyarakat indonesia di era digital saat ini ialah perilaku ujaran kebencian, diskriminasi dan hoaks yang paling banyak disorot oleh negara lain. Sehingga awal tahun 2021 Indonesia berada di urutan 29 dari 32 negara di dunia dalam soal keramahan dan terendah di negara Asia Tenggara.
Belum lagi tantangan lainnya seperti buzzer di satu sisi fanatik terhadap kelompok tertentu, akhirnya tidak objektif dan cenderung menyudutkan kelompok lainnya. Arya Shani Pradhana, entrepreneur digital mengatakan, biasanya buzzer ini menggunakan akun anonim yang kata-katanya juga sangat kasar. Senang untuk bersama-sana menyerbu akun media sosial seseorang atau organisasi yang mengecewakan para netizen atau yang berbeda pandangan.
Solusinya dengan banyak tantangannya ialah hanya satu yakni kembali pada dasar negara, sifat yang sudah ditanamkan para pendahulu di Indonesia, oleh orang tua kita yakni Bhinneka tunggal Ika. Kita memiliki keberagaman, namun itu justru yang harus menyatukan bukan dicari permasalahan.
“Bersatu bukan untuk negatif yaitu menyerang dengan komentar kasar, namun bersatu dengan hal positif tidak melihat perbedaan sebuah kesalahan. Berbeda pendapat pun tidak masalah,” ungkapnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021).
Pedoman kehidupan dalam keberagaman, melihat perbedaan sebuah kekuatan bukan kelemahan, tidak perlu merasa aneh melihat orang yang berbeda suku atau agama dengan kita. Inklusif pedoman netizen untuk hidup harmonis, toleransi sehingga persatuan dan kesatuan semakin kuat.
“Jangan eksklusif tapi inklusif, jangan meras lebih hebat. Harus terbuka dengan siapapun tanpa melihat latar belakang mereka,” ucap Pemilik Tekape Workspace ini.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat, Jumat (6/8/2021) juga menghadirkan pembicara Diana Beilinda (Konsultan Bisnis), Dudi Rustandi (Relawan TIK), Richard Paulana (COO TMP Event), dan Clarissa Darwin sebagai Key Opinion Leader.