Cerdas Menangkal Hoaks
Hoaks di era pandemi bagaikan tsunami yang muncul dan tersebar dengan cepat. Menurut Eunike Iona Saptanti seorang Pendidik, hoaks diartikan sebagai informasi bohong atau palsu yang dibuat untuk menutupi kebenaran, menipu dan meraup keuntungan, menjatuhkan lawan politik, hingga menyebarkan kejahatan juga kebencian.
“Hoaks ini banyak macamnya, ada hoaks politik yang beredar di masa pemilu. Di era pandemi ini banyak hoaks tentang kesehatan. Ada juga haoks yang bukan berita, tetapi narasi di aplikasi percakapan,” jelasnya selaku pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/8/2021).
Eunike menjelaskan, masyarakat percaya dengan hoaks karena hoaks ini dibuat dengan menarik dan memuaskan rasa penasaran. Orang mudah percaya karena informasinya bias dan kebanyakan menggunakan judul yang sensasional agar menarik perhatian. Ketika orang tertarik untuk membaca, informasi yang disajikan bukan narasi yang panjang, tetapi hanya pesan sederhana yang menjanjikan kepastian.
Lanjutnya, hoaks yang menarik juga memiliki nilai berita khusus, terkait figur ternama atau sesuatu yang sedang hangat dibicarakan. Ketika orang menerima informasi juga tidak selalu mengecek kembali kebenaran yang ada.
Ciri informasi hoaks yang banyak beredar yakni, memiliki judul dengan huruf kapital, mengedepankan emosi, bernada satir atau menyindir, bernada propaganda, berisi clickbait, mengandung unsur kebohongan atau tidak logis, dan juga misinformasi. Pada berita hoaks, judul juga provokatif dan sensasional, alamat situs yang tidak resmi, sumber berita tidak kredibel dan cenderung menyudutkan salah satu pihak, serta berita bermuatan fanatisme, emosi, dan tone negatif.
“Berita asli memiliki judul faktual sesuai yang terjadi dan tidak ada penekanan emosi dalam judul. Ada sumber terpercaya dan kutipannya. Situs berita dari berita asli sudah pasti resmi. Berita asli juga tidak memberikan iming-iming biaya,” tuturnya.
Ia menyampaikan, jika ditemukan indikasi hoaks, hal yang harus dilakukan pertama kali ialah mencermati informasi atau berita tersebut mulai dari judul, situs, isi, tanggal, dan gambar. Kemudian, cek gambar melalui situs pencarian apakah asli atau sudah dimanipulasi. Berhenti membagikan berita, lalu laporkan pada situs atau lembaga terkait untuk melaporkan hoaks.
Untuk mencegah hoaks semakin melebar, kita juga bisa memberikan edukasi kepada orang-orang terdekat yang pernah atau ikut menyebarkan. Misalnya, keluarga. Ajak mereka untuk selalu menyaring informasi yang didapatkan melalui internet atau media sosial dan beritahukan fakta yang benar. Beritahukan juga ciri-ciri berita hoaks dan cara memeriksanya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (12/8/2021) juga menghadirkan pembicara, Oktora Irahadi (Head of Communication Division Siberkreasi), Aries Saefullah (Relawan TIK Indonesia), Romzi Ahmad (Wakil Ketua Umum GNLD Siberkreasi), dan Afiahandita sebagai Key Opinion Leader.