Di dunia digital kita dapat berjejaring, berkreasi membuat konten, berbisnis, mencari hiburan, berbelanja, belajar juga bekerja. Semua dapat kita lakukan, namun jangan lupakan untuk urusan keamanan dalam berdigital. Sebab, segala aktivitas kita tetap harus dilindungi tentu agar dapat melanjutkan segala kegiatan ditambah mejauhkan diri dari bahaya.
Diondi Kusuma, praktisi pemasaran online dan chief marketing officer Diana Bakery menjelaskan ada yang harus diamankan pengguna internet salah satunya ialah aset digital serta yang lainnya. Termasuk aman dalam belanja dan transaksi online serta aman dari hoaks.
Aset digital yang harus dilindungi ialah email. Sebab email merupakan induk dari media sosial jangan sampai kebobolan yang nanti akan berimbas jebol juga akun media sosial dan aplikasi lainnya.
Aset lainnya platform chat seperti WhatsApp, LINE dan Telegram kalau orang dapat merebut akun kita dapat dipastikan mengancam teman-teman kita, mereka akan menjadi korban penipuan meminjam uang atau dikirimkan pulsa. Marketplace juga karena seringkali di dalamnya terdapat dompet digital, kita akan rugi apabila ada saldo yang dapat langsung berpindah tangan.
“Akun media sosial kita juga aset yang harus dijaga sebab juga dapat menimbulkan kerugian jika sudah jatuh di tangan orang lain. Aplikasi lain juga seperti ojek online, travel dan aplikasi transaksi lainnya semua akun itu harus kita jaga keamanannya,” ungkapnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021).
Cara melindunginya dengan mengaktifkan two factor authentication, sehingga ketika ada orang yang berhasil menembus password kita atau mengetahui password kita namun dia tidak bisa langsung menguasai akun kita. Karena mereka belum bisa masuk karena ada kunci ganda yakni berupa kode OTP (One Time Password). Orang yang kan membobol akun kita tidak akan bisa masuk.
Cara melindungi aset digital kita itu dengan membuat password yang kuat terdiri dari kombinasi angka, huruf dan simbol dan minimal 12 karakter. Pastikan kode sandi kita itu bukan tanggal lahir, nama kita, nama anak, nama orang tua dan gunakan password yang berbeda di tiap akun. Gunakan Password Manager yaitu aplikasi untuk menyimpan password kita contohnya aplikasi Lastpass.
Aset digital itu erat kaitannya dengan data pribadi, maka jangan sampai menyebarluaskan foto KTP, SIM, kartu keluarga, sertifikat vaksin yang terdapat barcode, tiket penerbangan pesawat, dan informasi pribadi lainnya seperti tempat tanggal lahir, nama ibu kandung dan alamat lengkap.
“Menginstall aplikasi untuk gawai kita hanya dari yang resmi yakni Playstore dan Appstore. Dan ini yang sering lalai kita lakukan karena tidak sadar yakni paket belanja online kita itu ada data diri kita. Sebaiknya sebelum kardus atau pembungkus lainnya dibuang robek atau digunting bagian label nama kita,” jelasnya.
Ingatkan diri sendiri dan orang-orang terdekat kita untuk tidak sembarangan memberikan data kepada pihak yang tidak dikenal. Data-data seperti NIK, NPWP, nama orang tua, alamat detail, OTP, kode verifikasi, PIN, nomor kartu kredit atau ATM. Modus pengambilan data ini bisa terang-terangan atau juga merekayasa pikiran kita.
Ada yang berpura-pura menjadi kasir minimarket dan meminta kode voucher game salah kirim ke nomor kita, berpura-pura menjadi petugas bank atau instansi tertentu. Jika kita untuk tidak membagikan kode apapun yang masuk melalui SMS atau pesan WhatsApp. Kita akan aman. Dampak bahaya jika lalai dalam menjaga data diri, saldo yang ada pada dompet digital kita akan lenyap, data kartu kredit dapat dicuri, dapat digunakan untuk mendaftarkan pinjaman online pihak lain dan digunakan untuk menipu menggunakan nama kita.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021) juga menghadirkan pembicara Gunawan Lamri (CEO PT. Kuliner Anak Indonesia), Dendy Muris (Kepala Prodi Komunikasi Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR), Panji Oetomo (Penggiat Literasi Digital), dan Inayah Chairunissa sebagai Key Opinion Leader.