Internet membuka berjuta kesempatan dari yang positif sampai yang negatif. Hal negatif yang dapat dilakukan di internet ialah dengan memberikan opini negatif, hasutan buruk, kabar bohong. Berjuta kesempatan baik dari yang baik maupun buruk.
Opini merupakan sesuatu yang melekat dalam era sekarang ini, kebebasan berekspresi semakin dimudahkan. Mengingat kita hidup di era teknologi maju dan berkembang, semuanya dapat dengan mudah disampaikan menggunakan banyak media dan jika kita memperhatikan hal ini menjadi penting.
Menurut Tim Hendrawan seorang creative director, apa yang didapatkan sekarang ini di dunia digital seperti pedang bermata dua, sehingga harus bijak menggunakannya. Jadi kita bisa bebas berekspresi tapi tetap bertanggung jawab di waktu yang sama. Apa yang dilakukan di ruang digital seringkali selalu dianggap salah, apalagi yang dilakukan oleh publik figur. Itulah hakikatnya kehidupan selalu ada yang mengomentari, namun jika di dunia digital semua serba terlihat karena diekspresikan melalui tulisan atau teks yang semua dapat membaca.
“Seperti misalnya kita ingin lancar berbahasa Inggris, maka kita melatih dengan men-tweet dengan bahasa Inggris. Netizen pun akan banyak berkomentar kalau kita sok Inggris tidak cinta bahasa Indonesia. Jadi setiap posting kita apapun itu, akan selalu ada yang berkomentar baik positif maupun negatif. Maka, kita perlu membentuk sebuah budaya digital yang baik supaya ke depannya budaya digital ini tidak akan hilang begitu saja. Namanya budaya pasti akan terus berulang bergantung kita-kita yang ada di dalamnya,” jelas Tim di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021).
Kebebasan berekspresi ialah hak setiap orang, mereka dapat mengekspresikan pendapat secara bebas tanpa batasan kecuali untuk menyebarkan kebencian dan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan). Kebebasan berekspresi itu tentu saja harus dilakuakn dengan cara yang cerdas atau tepat.
“Haters dan bullying ini adalah dua hal yang tidak dapat dilepaskan, karena dimulai dari membenci lalu timbul kesempatan untuk melakukan perundungan. Maka, bersikap sewajarnya untuk menyukai membenci sesuatu atau seseorang agar kita tidak terbawa emosi saat harus mengekspresikannya,” ujar Tim.
Jangan biarkan kebebasan berpendapat membuat kita menuliskan opini sewenang-wenang sehingga menyebabkan konflik. Terutama saat sedang Pemilu, kita sebagai bangsa diuji, seberapa dewasa kita dalam berekspresi di media digital. Sebagai bangsa juga kita diuji bagaimana agar tidak terpecah belah golongan tetapi bersatu padu menyemarakan pesta demokrasi.
Ujian yang akan selalu datang lima tahun sekali ditambah sekarang kita sudah sangat bergantung dengan intenet maka kita harus memiliki tanggung jawab lebih. Bagaimana kita sebagai netizen yang budiman berperilaku yang baik sehingga budaya digital kita lebih baik tidak banyak haters, pem-bully, dimanfaatkan ke arah positif.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenkKminfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (18/8/2021) juga menghadirkan pembicara Santia Dewi (Owner @limbackstore), Didin Miftahuddin (Founder Gmath Indonesia), Febriyanti Kristiani (founder @vitaminmonster), dan Kevin Joshua sebagai Key Opinion Leader.