Budaya merupakan suatu cara hidup dalam masyarakat yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk sistem agama dan politik adat istiadat bahasa perkakas pakaian bangunan dan karya seni.
Bahasa sebagaimana juga budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang yang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
“Seseorang dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaan di antara mereka sehingga membuktikan bahwa budaya dapat dipelajari,” ungkap Rendi Saiful Ajid, Relawan TIK Jawa Barat di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (19/8/2021).
Fungsi budaya yakni sebagai penentu batas-batas yang artinya budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya. Misalnya adat orang Sunda dengan adat orang Batak itu berbeda dari bahasa saja sudah berbeda. Orang Sunda menganggap orang Batak itu berbicara sangat keras sekali tetapi memang ada orang Batak yaitu bicara dengan keras sebaliknya mungkin juga orang Batak bertanya-tanya mengapa orang Sunda itu sangat pelan jika sedang berbicara. Mereka yang Betawi juga berbicara sangat apa adanya itu merupakan sebuah identitas dan batasan yang membuat unik suatu budaya tersebut.
Yang kedua fungsi dari budaya yaitu identitas budaya memberikan rasa identitas kepada anggota organisasi. Lalu budaya memberikan rasa identitas kepada anggota organisasi, ciri khas tertentu dari sebuah perkumpulan. Budaya juga memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu.
“Jadi bagaimana mereka sangat memiliki jiwa kebersamaan dengan orang yang sama asalnya menjadi saudara. Seperti nama marga meskipun tidak ada bersaudara secara darah namun kekerabatan mereka kental,” jelasnya.
Fungsi budaya juga menjaga stabilitas, budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial karena budaya ini lahir dari turun-temurun. Budaya ini akan selalu stabil bahkan dapat menegaskan sebuah sistem sosial jika kita selalu melakukan budaya atau adat istiadat yang selalu dilakukan oleh orang terdahulu kita Maka kebudayaan itu akan selalu ada sampai kapanpun selama generasi penerusnya masih melakukan.
Rendi mengatakan, kalau budaya itu selalu ada dan terkenal maka dari diri kita sendiri melakukan terciptanya sebuah kestabilitas fungsi selanjutnya yaitu pembentuk sikap dan perilaku budaya bertindak sebagai mekanisme pembuat makna serta kendali yang menuntun membentuk sikap serta perilaku individu.
Misalnya kita mengkategorikan sebuah pekerjaan itu sesuai dengan suku tertentu karena ciri khasnya atau yang sesuai dengan budayanya seperti contoh misalnya pekerjaan yang berhubungan dengan komunikasi atau menggunakan orang berbicara orang Batak ahlinya karena memiliki sikap yang tegas sebab budaya mereka berbicara dengan suara lantang yang dianggap sikap tegas.
“Atau kalau pekerjaan untuk menenangkan orang dapat dipilih orang Sunda atau Jawa Tengah karena cenderung selalu bertutur halus lembut, bisa menenangkan orang lain contoh-contoh pencirian sikap dan perilaku ini menunjukkan asal daerah atau asal suku budaya seseorang. Setiap budaya atau identitas dari setiap setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri,” tambahnya.
Fungsi budaya ini diharapkan dapat membuat seseorang menjadi bangga terhadap budayanya dan daerahnya. Sehingga dapat terus menunjukkan perilaku yang sesuai dengan kebudayaan mereka dan menjadi sebuah kebanggaan terlebih di era informasi ini membuat banyak perubahan masyarakat yang berdampak pada kebiasaan dapat mengerus budaya bangsa.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (19/8/2021) juga menghadirkan pembicara Oktora Irahadi (CEO Infina), Bowo Suhardjo (Konsultan Bisnis), Nissa Rengganis (dosen Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Cirebon), dan Almira Vania sebagai Key Opinion Leader.