Etika ini merupakan pelajaran yang paling penting untuk diajarkan di rumah oleh lingkungan keluarga. Apabila seorang anak tidak mendapatkan asupan etika yang baik, biasanya anak akan mencari tahu diluar bagaimana cara beretika.
Bicara soal etika itu sendiri, Indra Riady atau Ibeng seorang Asistan Manager Digital Marketing mengatakan, etika merupakan kemampuan seorang individu dalam mengonsumsi atau memberikan sebuah informasi. Oleh karena itu, pondasi dari etika harus benar-benar matang, apalagi di dunia digital yang sarat akan informasi agar tidak merugikan orang lain.
“Ini penting karena ini menjadi sebuah tanggung jawab penuh bagi kita seorang warga digital. Informasi yang kita komunikasikan itu memberikan sebuah tanggapan, persepsi, asumsi, atau ekspektasi dari orang lain,” ungkap pria yang akrab disapa Ibeng itu dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin (23/8/2021).
Hal yang harus dikontrol ialah ucapan, nada bicara, dan konten yang akan kita posting. Ini berkaitan dengan jejak digital yang mudah hilang. Lalu bagaimana membagun jejak digital yang beretika?
Menurut Ibeng, caranya dengan membangun personal branding. Misalnya, Najwa Shihab sebagai salah satu contoh warga digital yang beretika. Ia mengatakan, Najwa sering memposisikan dirinya sebagai media komunikasi jadi tidak sembarangan dalam memberikan informasi.
“Media sosial diibaratkan sebagai kita. Media sosial harus dijadikan sebagai representatif kita dalam berkomunikasi atau membangun sebuah jaringan,” tuturnya.
Untuk itu, kita perlu menjadi seseorang yang pro aktif. Artinya, kita lebih memilih untuk memposting sesuatu yang positif, bukan merespon postingan negatif. Kemudian, jangan asal dalam memposting konten dengan tujuan viral. Menurut Ibeng, hal ini sangat tidak disarankan.
Lanjutnya, menjaga privasi kita dengan tidak memposting hal-hal pribadi seperti rekening atau password. Lalu, bersikap sopan jangan arogan dengan menyesuaikan nada bicara. Nada bicara yang benar ialah dengan memilih kata yang pas untuk berkomunikasi agar tidak menimbulkan miskomunikasi. Dengan penyebab miskomunikasi yang terdiri dari tiga hal, yaitu asumsi, persepsi, dan ekspektasi dari orang lain terhadap diri kita.
Biasakan konten yang kita buat itu bersifat informatif, ramah yang berarti bisa menjadi tempat diskusi, interaktif yakni tidak berkomunikasi satu arah sehingga bisa berkomunikasi, dan juga persuasif untuk mengajak orang lain dan membuat audiens tertarik. Ibeng mengatakan, dalam membuat konten tidak perlu bertele-tele, tidak berkepanjangan, dan tidak membuat audiens bingung. Cukup gunakan kata-kata positif, gunakan bahasa sederhana dan efektif, serta menjual.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Muhammad Said Hasibuan (Sekjen RTIK Indonesia), Byarlina Gyamitri (Konsultan Pemberdayaan SDM), Alfret Nara (Practicioner IT), dan Shinta Putri sebagai Key Opinion Leader.