Saat kita menggunakan internet, maka seluruh dunia akan terhubung tidak ada batasnya sehingga dalam era globalisasi dunia tanpa batas. Sekarang benar-benar sangat mudah untuk kita mendapatkan informasi dari berbagai aspek kehidupan.
Misalnya hal yang sederhana dalam mencari informasi mengenai resep masakan, kita bisa langsung mencari dengan menggerakkan jari semua permasalahan dapat terjawab, memberikan solusi dalam berbagai segi kehidupan. Bagi mahasiswa atau siswa ingin mencari judul skripsi atau ingin mencari suatu topik yang terkait dengan tugas kita bisa langsung mencari atau Googling berselancar di internet misalnya kita akan mendapat memperoleh ide ide itu.
“Tetapi jari-jari ini juga tidak hanya bisa mencari solusi saja tetapi kadang bisa menjadi harimau kita. Kalau dulu mulutmu harimaumu kalau sekarang jarimu harimaumu, bagaimana jari mengetikkan komentar tidak baik untuk orang lain, cepat meng-klik tombol share tanpa mencari tahu kebenarannya,” ungkap Endang Swastuti, Dosen universitas 17 Agustus 1945 Semarang saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (26/8/2021).
Kalau kita bisa menyikapi secara bijak, bagaimana berinternet maka memberikan dampak positif kepada kehidupan kita. Tapi sebaliknya jika kita sikapi dengan tidak positif, asal-asalan, tanpa berpikir kritis, akan menjadi bumerang di dalam hidup kita. Oleh karena itu adanya kebebasan informasi dan keterbukaan ini komunikasi kita membutuhkan apa yang namanya netiket atau nettiquette, etika dalam berkomunikasi menggunakan internet ini sangat penting sekali kita ketahui.
Ketika kita masuk ke dalam dunia maya sebagai bangsa Indonesia kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila. Ini sangat penting sekali karena kalau kita tidak menerapkan etika di dalam berkomunikasi di internet, maka kita bisa dikucilkan bahkan juga berdampak bagi diri sendiri.
Etika ini sangat penting karena kita harus menjaga kepentingan orang lain agar tidak ada yang merasa dirugikan lalu setiap perilaku kita individu kelompok dalam masyarakat ini sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan HAM atau secara umum.
“Jadi yang harus kita lakukan adalah kita harus berperilaku sopan di dunia maya, hargai pengguna lain di internet saat akan mengirimkan berita informasi. Kita juga harus pikirkan secara bijak, apakah berita itu benar atau tidak memverifikasi dengan mencari kebenaran fakta melalui media massa dan juga perlu diketahui untuk selalu mengunggah konten yang bermanfaat bukan hanya sekadar hiburan semata atau bahkan hoaks jadilah pengguna internet yang bijak,” ujarnya.
Sadari betul bahwa akun media sosial kita termasuk semua postingan di dalam kita ini bisa dilihat oleh semua orang di dunia jangan lupa juga kita harus melindungi privasi. Jangan mudah percaya dengan orang lain untuk memberikan data kita dan juga tidak perlu terlalu lengkap dalam memberikan informasi mengenai data pribadi dan juga keluarga. Filter akun-akun yang diikuti apabila ada akun-akun yang selalu menebar kebencian selalu menebar hoaks sebaiknya kita unfollow saja karena itu bisa menjadi racun untuk kita sendiri.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara Bowo Suhardjo (Konsultan Bisnis), Didin Miftahuddin (Founder Gmath Indonesia), Ricco Antonius, (pemilik Patris Official Store), dan Maichel Kainama sebagai Key Opinion Leader.