Perkembangan komunikasi digital melintasi batas geografis dan batas budaya. Bagaimana kita harus membiasakan budaya budaya setiap batas geografis dan budaya memiliki batasan etika yang berbeda di antara wilayah itu. Bahkan mereka memiliki etika sendiri setiap generasi etika memiliki etika juga contohnya masyarakat kolektif versus masyarakat individualistik.
Dalam masyarakat kolektif itu orang tua senang membanggakan anaknya, disampaikan apa yang sudah dicapai sang anak kepada tetangga kepada orang lain. Interaksi antargender dan antargolongan juga seperti itu dalam ruang digital akan berinteraksi berkomunikasi dengan berbagai perbedaan cultural sehingga pertemuan secara global akan menciptakan standar baru tentang etika.
Penggunaan internet yang paling banyak di Indonesia pasti ada di pulau Jawa selanjutnya Bali dan Sumatera. Menurut Itto Turyandi, Wakil Direktur Karang Taruna Institut Jawa Barat, kondisi geografis dan budaya ini akan menciptakan persoalan etika baru etika tradisional dan potensi standar baru dalam dilema etis kontemporer atau pantas, tidak pantas.
Ada juga teori baru mengenai etika media dengan program the good play dalam penggunaan media digital kalangan remaja atau perilaku partisipatif yang bertanggung jawab. Penggunaan media digital diarahkan pada suatu niat sikap dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama. Ini merupakan poin berikutnya penggunaan media digital untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan.
Berkaitan dengan itu inilah lingkup etika digital yang terdiri dari 4 bagian yaitu kita harus mempunyai tingkat kesadaran, bagaimana melakukan sesuatu dengan sadar dan memiliki tujuan.
“Kalau ingin mem-posting sesuatu itu harus sadar harus sehat segala sesuatunya, kemudian berkaitan dengan integritas bagaimana kita dalam posting mengomentari harus mengedepankan kejujuran. Jangan manipulatif dan menyediakan konten yang sangat besar menggoda penggunaan bertindak tidak jujur. Jadi ada kaitannya dengan pelanggaran hak cipta plagiasi dan manipulasi,” jelasnya saat mendaji pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin (30/8/2021).
Dengan adanya internet ini semua orang menjadi lebih mudah melakukan sesuatu. Kita harus mengedepankan integritas yang berkaitan dengan tanggung jawab. Bagaimana kita sanggup menanggung konsekuensi dari perilaku kita? Bagaimana harus berpikir ulang saat berkomentar sebab akan tanggung jawabnya nantinya, dampaknya seperti apa? Terakhir menyangkut kebajikan menyangkut hal-hal yang bernilai kebermanfaatannya. Nilai kemanusiaan dan kebaikan pada dasarnya dengan media digital setiap orang atau netizen berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang yang melintasi geografis dan budaya.
Jadi dalam berkomunikasi di internet itu ada etikanya atau disebut juga dengan etiket standarisasi netiket ditetapkan IETF (the Internet Engineering Task Force). Sebuah komunitas masyarakat internasional yang terdiri dari para perancang jaringan operator penjual dan peneliti yang terkait dengan evolusi arsitektur dan pengoperasian internet.
“Atau bahasa lainnya nya pepatah yang mengatakan dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung di manapun kita berada, kita harus mengikuti peraturan yang ada dalam lingkungan itu, bagaimana pun posisi kita,” tutupnya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara Aaron Daniel (Kreator Konten Pendidikan), Fikri Hasan (Relawan TIK Kabupaten Sukabumi), Ariwibowo Sasmito (Factcheck Specialist Mafindo), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.