Era digital telah membentuk tantangan baru dimana manusia dan teknologi hidup berdampingan dan senantiasa berkolaborasi. Secara sosial, masyarakat Indonesia saat ini telah terima revolusi digital dapat dilihat dengan sangat bergantung pada teknologi.
Revolusi besar sedang berlangsung pada kehidupan manusia saat ini, revolusi industri 4.0 ini bisa kita artikan, cara kerja kita berpindah berubah dari cara kerja konvensional menjadi modern dengan pendekatan digital. Jadi kita bisa mengatakan revolusi industri 4.0 ini adalah sebagai transformasi lebih modern atau lebih digital.
Literasi budaya digital menjadi sebuah hal yang harus dipahami oleh setiap masyarakat Indonesia yang masuk ke dunia digital. Literasi diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis. Namun saat ini kata-kata literasi sangat luas jadi literasi adalah mengolah dan memahami informasi budaya digital. Maksudnya ialah penggunaan teknologi dan internet oleh masyarakat untuk berinteraksi berinteraksi berperilaku berpikir berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Chairi Ibrahim, Konsultan Marketing Digital mengatakan, literasi budaya digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan evaluasi, manfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten dengan kecakapan kognitif maupun teknikal. Literasi digital budaya atau budaya cita itu terbagi dalam empat pilar ada skill, budaya, etika dan keamanan.
Budaya digital di masyarakat Indonesia cukup tumbuh sangat signifikan dari 170 juta orang di seluruh Indonesia yang aktif menggunakan teknologi digital untuk kehidupan. Untuk pribadi, komunikasi budaya, pekerjaan dan hiburan
“Awalnya bagus untuk dimiliki menjadi harus dimiliki dan keterampilan dalam budaya digital ini tidak dianggap sebagai niche competence. Jadi kemampuan itu harus kita tingkatkan ketika kita meningkatkan digital skill maka kita juga akan menikmati sebuah hasil yang baik. Kemampuan dalam budaya digital itu semua orang bisa melakukannya tinggal kita mengasah kemampuan skill kita,” ungkap Chairi dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (30/8/2021).
Sampai saat ini penggunaan atau budaya di Indonesia ini melingkupi semua aspek kehidupan, keuangan adanya mobile banking, dompet digital, pinjaman online. Berjejaring ada media sosial Facebook, Instagram, entertainment seperti YouTube streaming. Perdagangan online hingga logistik semua kini ada platformnya.
Pertumbuhan saat ini di Indonesia ada 274 juta penduduk pengguna mobile-nya 345 juta artinya sekarang satu orang itu menggunakan lebih dari satu gawai. Pertumbuhan dari 2020-2021 pertumbuhannya cukup signifikan daerah pun kini didorong untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih digital.
“Berbudaya digital itu boleh tidak ada yang bisa melarang tetapi kita harus tetap Indonesia, kita harus tetap memiliki dua prinsip yang harus dijaga dan dikembangkan di era digital. Yakni budaya digital demokrasi dan toleransi ada 2 prinsip dasar yang harus dipegang dalam berbudaya digital demokrasi dan toleransi,” ungkapnya.
Demokrasi dan toleransi menjadi prinsip yang masyarakat Indonesia selalu lakukan, bagaimana kita dapat menyuarakan aspirasi, pendapat dan berekpresi meskipun tetap mengikuti aturan yang berlaku. Sedangkan toleransi karena keberagaman yang Indonesia miliki sehingga toleransi menjadi kewajiban mutlak para masyarakat Indonesia. Maka, diharapkan kedua prinsip ini juga dibawa masyarakat Indonesia ke dunia digital.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara, Gunawan Lamri (CEO PT. Kuliner Anak Indonesia), Rendi Saiful Ajid (Relawan TIK Jawa Barat), Indriyatno Banyumurti (Tim komunikasi Publik Tim Penanganan Covid-19), dan Kevin Joshua sebagai Key Opinion Leader.