Saat pandemi anak-anak pasti berurusan dengan internet. Jika digunakan dengan bijak dan tidak berlebihan banyak dampak positifnya. Praktisi kesehatan dr. Katherine menjelaskan anak-anak yang melihat atau mendengar lagu dan mereka bisa menirukan menyanyinya, gerakannya menyebutkan benda-benda bisa meningkatkan motorik.
Media digital ini juga bisa mendukung aktivitas wawasan dan pengetahuan. Di masa pandemi, anak-anak aktif menggunakan internet, YouTuber kecil pun bermunculan. Konten-konten mereka mengajarkan kreativitas seperti berbagi informasi. Media digital mempunyai potensi mengembangkan minat dan kreativitas anak, selain pengetahuannya.
“Kemudian media digital ini juga bisa menambah minat anak dalam pembelajaran. Kalau dulu anak-anak belajar hanya dari buku misalnya proses terjadinya hujan itu seperti apa sedangkan saat ini menggunakan media. Mereka melihat secara virtual gambaran posisi seperti ini. Anak akan lebih semangat dalam belajar. Belum lagi nanti ada warna-warnanya juga cerah kemudian diberikan lagu jadi lebih gampang masuk,” ungkap dr. Katherine dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (30/8/2021).
Dunia digital bisa meningkatkan sosialisasi si anak terutama ketika anak-anak tidak bisa keluar rumah. Sekolah digital diharapkan membawa pengaruh positif, anak-anak tetap bisa bersilaturahmi dengan keluarga dan teman-teman di luar sana.
Namun apabila diberikan secara berlebihan bisa memberikan pengaruh negatif untuk tumbuh kembang anak. Akan mempengaruhi proses pembelajaran anak, konsentrasi turun, tidak fokus dan malah berpikir karena maunya semua serba instan. Belum lagi penyakit fisik seperti sakit mata karena radiasi bisa membuat mata minus atau bahkan silinder.
“Biasanya juga ada gangguan pada tidur karena main atau beraktivitas dengan media digital mereka merasa nyaman. Jadi pada saat waktunya tidur, malas. Begitu juga untuk makan selalu nanti tetapi demen nyemil. Sambil main gawai duduk tidak banyak gerak. Akhirnya kalori masuk lebih banyak dan tidak terbuang jadi anak lebih gampang terjadi kegemukan,” Jelasnya.
Kemudian hati-hati juga kebanyakan memakai tablet atau smartphone membuat anak-anak lebih banyak menunduk, akibatnya terjadi perubahan postur tubuh. Anak lebih membungkuk, kemudian untuk otot-ototnya juga lebih sering pegal linu dan di atas kepalanya juga jadi sering pusing.
Secara psikis anak-anak juga sering memainkan game atau media digital yang topiknya mengandung kekerasan atau konten dewasa. Otomatis akan terjadi perubahan perilaku pada anak. Kalau dia sering melihat tayangan kekerasan nanti akan lebih kasar, kalau dia melihat tayangan yang dewasa tentunya untuk perilakunya akan menjadi atau lebih cepat dewasa.
Dampak negatif lainnya yaitu perubahan mood, kalau anak-anak kebanyakan atau kelamaan mainan gawai dan dilarang biasanya marah-marah dan ngambek. Dr. Kathrine menyebut, adanya perubahan mood kemudian anak-anak yang lebih sering bersosialisasi secara virtual mengalami gangguan ketika di dunia nyata. Akhirnya dia merasa kesepian, khawatirnya depresi, dan cemas berlebihan
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi.
Webinar juga menghadirkan pembicara Muhammad Anis Al Hilmi (RTIK Kabupaten Cirebon), Virginia Aurelia (founder divetolive.id), Anita Wahid (Wakil Ketua Siberkreasi), dan Gabriela Citra sebagai Key Opinion Leader.