Travel Blogger Astini Kumalasari yang juga anggota Komite Anugerah Pesona Indonesia mengajak masyarakat mempromosikan kekayaan budaya Indonesia. Apa kontribusi kebudayaan buat kita, menurutnya, kalau secara personal dan kelompok kita tahu sebuah budaya itu bisa memberi masyarakat gagasan atau ide tentang cara-cara menaati keputusan hidup dari pagi sampai malam.
Namun, kita juga dapat membuat bagaimana budaya ini berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat, bagaimana budaya punya nilai ekonomis yang tinggi. Astini menjabarkan tentang negara-negara yang berhasil mengelola budaya sehingga memiliki nilai jual ada banyak sebut saja Jepang, Korea Selatan.
K-pop dan K-drama itu adalah hasil budaya yang diambil sebagian dari menjadi industri kreatif gitu ya di 2017 industri k-pop ini menyumbang 70 Triliun rupiah ke dalam industri mereka. Tahun 2018 BTS ini menyumbang 50 triliun ke industri mereka. Tahun 2019 antusiasme k-popers ini berdampak pada jumlah kunjungan wisata ke Korea Selatan itu. Orang Indonesia sendiri di 2019 ribuan orang yang melakukan wisata ke Korea Selatan.
“Wilayah Thailand padahal 4 kali lebih kecil dari Indonesia tapi hasil yang diterima dari industri pariwisata mereka itu lebih besar, karena di Thailand ini mereka sadar memiliki kekayaan warisan budaya dan karena mereka juga mau merawatnya. Kemudian karena merawat, mereka sadar untuk mempromosikan keanekaragaman budaya dan sejarah mereka,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kota Cimahi, Jawa Barat, Selasa (30/8/2021).
Tengok saja street food Thailand yang begitu banyak bahkan hingga terkenal di Indonesia. Kemudian Thai boxing ini adalah olahraga tradisional. Ada kuil-kuil, ada ladyboy juga mungkin ada yang tertarik tapi itu udah memang budaya kemudian juga ada teknik bertani, teknik pendidikan dan lain sebagainya. Semua pihak di negara mereka terlibat dan bersinergi mempromosikan budaya sehingga sektor pariwisata mereka menyumbang lebih 50% untuk pendapatan negara.
Jika melihat Indonesia tidak kalah kaya, kita punya banyak sekali kebudayaan atau budaya kekayaan ada 17.540 pulau, 741 bahasa daerah ini adalah modal budaya Indonesia. Sebanyak 133 suku etnis, ada 245 aliran kepercayaan. Selain 6 agama resmi ada juga kepercayaan seperti di sunda kita mengenal ada Sunda wiwitan, di Jawa itu ada kejawen, di Sumba contohnya ada merapuh, di suku Dayak kita mengenal ada Kaharingan.
Koentjaraningrat budayawan Indonesia juga bapak antropologi Indonesia mengatakan, budaya adalah gagasan dan rasa tindakan dan karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan masyarakat dan budaya juga sebuah cipta karya dan karsa manusia.
“Bentuk budaya ini ada 3 poin besar ada praktek pada produk, perspektif praktek berarti pola interaksi sosial atau perilaku kita bisa lihat melalui keseharian sekelompok masyarakat. Bagaimana cara berpakaian mereka, bagaimana sopan santun yang berlaku di mereka. Bagaimana tata cara mereka menerima tamu ada yang pakai hidung ada yang jabat tangan dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Produk-produk berarti kreasi berwujud dan tidak berwujud. Berwujud yang bisa berarti ada lukisan ada patung hasil karya sastra, kalau tak berwujud contohnya tarian.
Contoh pasal-pasal lainnya adalah ritual yang dilakukan masyarakat di Sumba Timur sebelum bercocok tanam. Mereka naik kuda tanpa pelana, pembawa tombak dan saling ditancapkan ke tubuh lawannya. Mereka percaya semakin banyak darah, semakin banyak panen. Kira-kira seperti itu bentuk teknik pertanian yang masuk dalam kebudayaan.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar juga menghadirkan pembicara Idul Futra (pakar marketing digital), Stefany Anggriani (Beauty & Makeup Influencer), Katherine (owner organikrush), dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.