Mengapa seseorang tidak memiliki etika atau kesopanan jawabannya tidak dapat dipastikan karena manusia terdiri dari emosi pikiran. Jadi bagaimana aspek itu menjawab, bagaimana nilai-nilai dipegang oleh seseorang. Krisis etika ini menjadi permasalahan di dunia maya dulu kita berbagi komunikasi berbagi informasi ilmu saja lalu berubah menjadi kepentingan kepentingan.
Psikolog Aat Indrawati Ridwan, konsultan SDM dan pegiat pemberdayaan perempuan dan kepemimpinan mengatakan, ada dorongan dorongan dalam diri yang muncul sebagai suatu kebutuhan pribadi untuk saya bisa meluapkan sesuatu yang bentuknya adalah emosi masalah dan kemudian menjadi konflik.
Menurutnya, etika adalah tingkah laku, cerminan hati nurani jadi etika itu hati nurani yang terdalam dari seorang manusia yang biasanya atau secara alamiah manusia itu adalah baik dan bersih. Karena ada di dalam nurani yang pada akhirnya etika itu akan muncul keluar dalam bentuk perilaku.
“Jadi antara etika dan komunikasi ini kaitannya sangat erat, saling berkaitan untuk membangun hubungan membangun kepercayaan, membangun cinta damai dan citra diri. Tetapi etika di ruang publik perlu memiliki aturan yang perlu dipatuhi bersama untuk menjaga lingkungan yang kondusif aturan itu menjadi sangat terbuka, tidak seperti dunia nyata ada pasal-pasalnya karena kebebasan manusia itu yang membuat orang itu menjadi sulit dikendalikan,” ungkapnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Tasikmalaya , Jawa Barat, Rabu (1/9/2021).
Kata kunci dari etika bagaimana kita mendefinisikan sesuatu informasi, mengukur informasi bagaimana kita menganalisa informasi itu kemudian memilih dan mengendalikan semua ada di dalam pikiran perasaan manusia. Jadi, etika itu seringnya dilupakan dalam komunikasi pada dasarnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu adalah setiap yang kita lakukan di ruang digital adalah perwakilan dari kita tulisan atau apapun itu.
“Beberapa penelitian teman-teman yang melakukan disertasi dan tesis, bagaimana membaca tulisan cuitan mereka sudah dapat membaca karakter seseorang itu. Dari status di medissosial atau komentar saja sudah dapat dilihat karakter dia bagaimana,” lanjutnya.
Selain konten yang kita kirim merupakan perwakilan dari kita subjek yang diajak berkomunikasi adalah manusia yang memiliki rasa maka kendalikan emosi. Kemudian hargai privasi orang lain dan selalu menggunakan tulisan dan bahasa yang jelas dan sopan. Semua itu berpengaruh pada penilaian orang terhadap kita, komunikasi interaksi sosial perilaku media massa dan opini publik diharapkan dapat mencerminkan ikatan normatif religius.
Webinar juga menghadirkan pembicara Muhammad Said Hasibuan (Sekjen Relawan TIK Indonesia), Lintang Ratri Rahmiaji, Dosen Universitas Diponegoro, Bowo Suhardjo (konsultan bisnis), Muhammad Said Hasibuan (Sekjen Relawan TIK), dan Martin Kax sebagai Key Opinion Leader.