Media sosial yang kita pakai setiap saat ini ternyata sangat berpengaruh dalam cara berinteraksi manusia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika kita menggunakan teknologi untuk berkomunikasi, itu akan semakin besar berpotensi menimbulkan kecemasan yang kita alami ketika saat ingin berinteraksi tatap muka.
Psikolog Ronal Tuhatu, mengatakan, komunikasi tatap muka itu 70 persen bagaimana seseorang menangkap nonverbal yang ditunjukkan oleh lawan bicara.
“Ketika saya berbicara dengan seseorang dia mengatakan tidak, ‘tidak yang memang benar tidak’ tidak karena merasa tidak enak itu, kita tidak bisa menebaknya karena kita tidak bisa melihat raut wajahnya ketika kita menggunakan teknologi untuk berkomunikasi, kita tidak bisa menangkap hal tersebut,” ungkapnya di Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (1/9/2021).
Apakah kalau saya sedang tersenyum ternyata teknologi untuk berkomunikasi itu juga akan menurunkan kemampuan kita untuk berinteraksi tatap muka. Sehingga akhirnya banyak orang tua sekarang membesarkan anak di era teknologi membatasi waktu layar anak-anak mereka secara keseluruhan masyarakat Indonesia itu menggunakan internet 9 jam sehari memang benar kita harus membatasi waktu mengakses internet terutama bagi anak-anak.
Banyak penelitian baru menunjukkan bahwa perkembangan bicara dan bahasa anak-anak tergantung pada interaksi manusia langsung jadi bukan melalui teknologi digital atau melalui video call WhatsApp atau bahkan video di YouTube.
“Walaupun sekarang anak-anak terpaksa sekolah dari rumah menggunakan gawai tetapi itu tidak akan mendorong mereka untuk perkembangan bicara dan bahasa karena mereka perlu umpan balik,” terangnya.
Ketika kita belajar berbicara dengan anak-anak atau orang dewasa kita membutuhkan umpan balik apa yang mendukung kalimat-kalimat tertentu. Interaksi manusia sehari-hari sehingga akhirnya waktu layar memang harus dibatasi karena ini akan sangat mempengaruhi perkembangan pada anak-anak.
Webinar juga menghadirkan pembicara Ryzki Hawadi (CEO Attention Indonesia), Oktavian Jasmin (F&B Business Owner), Ginna Desiana (Relawan TIK Jawa Barat), dan Kevin Joshua sebagai Key Opinion Leader.