Era digital yang kini semakin masif namun belum seluruh bagian dari masyarakat masuk dalam dunia tersebut. Mayoritas para generasi terdahulu yang masih sulitnya untuk masuk ke dunia digital. Penyebabnya, menurut Dudi Rustandi, Dosen Telkom University karena mereka masih merasa komunikasi di ruang digital itu berbeda dengan komunikasi di dunia nyata padahal sama saja.
“Kini yang terjadi hanya pergantian media dan memang menyebabkan adanya perubahan budaya komunikasi. Perubahan dari media konvensional ke media digital ternyata berdampak terhadap budaya komunikasi kita. Contoh, kalau dulu cara berkomunikasi satu arah yakni dari media massa. Kita percaya saja yang ada di berita di televisi, koran atau majalah,” ungkapnya di webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Senin (6/9/2021).
Masyarakat mendapat informasi langsung dari sumber berita yang memang berkewajiban menyajikan fakta sehingga tidak menjadi permasalahan untuk percaya dengan informasi yang diberikan. Kini masuk dunia digital ternyata berubah informasi masuk ke dalam perangkat semua orang.
Semua orang ada di dalam media yang kita gunakan sehari-hari. Baik orang terkenal atau tidak terkenal, mereka yang berpendidikan atau tidak informasi itu tersebar many to many dari banyak orang ke banyak orang lagi.
Termasuk ada tuntutan di era digital ini komunikasi dua arah interaktif karena sekarang tidak hanya dikuasai satu media saja. Tetapi terdiri dari beberapa media mainstream yang semakin banyak, media personal hingga media-media kecil juga turut berkontribusi untuk komunikasi di era digital. Dampak lain perubahan dari penggunaan media baru ini juga jadi jelas banyak orang yang belum siap dengan kehadiran teman-teman baru.
“Ketika dia masuk ke dalam media sosial dia belum siap untuk menerima teman baru yang belum dia kenal lalu berkomentar yang dia tidak suka, padahal dia sendiri yang menerima konfirmasi pertemanan orang tersebut. Ataupun memang akun media sosial terbuka yang siapapun orang bisa berkomentar,” ujarnya.
Dampak dari perubahan penggunaan media ini sangat terasa pada orang-orang yang memang belum siap dengan kehadiran teman baru belum siap dikomentari yang tidak baik sehingga akhirnya membuat seseorang down hingga berdampak stres. Seringkali kita salah memahami apa yang orang sampaikan karena hanya melalui teks. Sehingga yang terjadi gagal berkomunikasi sebab tidak mengerti apa yang harus dikomentari atau malah salah berkomentar di status orang lain. Termasuk gagal memahami simbol komunikasi seperti emoticon, terkadang pengguna media digital menggunakannya tidak sesuai dengan arti sesungguhnya.
Dudi menilai, dampak lain ialah agresif memproduksi tapi tidak meladeni komentar atau dibalas komentarnya. orang yang sudah terkenal mereka jarang sekali membalas komentar padahal seharusnya ada media baru ini ada interaktif.
Mempersepsikan sesuatu mendahului berpikir, terjadi ketika usai membaca media-media online yang menulis judul bombastis. Warganet langsung mempersepsikan sesuatu bahkan yang parahnya membagikan tanpa melihat atau membaca isi dari berita tersebut. Itu juga merupakan dampak dari penggunaan media baru yang terjadi di era digital saat ini.
Webinar juga menghadirkan pembicara Ricco Antonius (Owner Patris Official Store), Ariyo Zidni (Pendongeng dan Penulis Cerita Anak), Felix Kusmanto (psikolog dan Peneliti SDM), dan Sari Hutagalung sebagai Key Opinion Leader.