Zaman digital saat ini masyarakat harus dihadapkan pada kondisi dimana semua kegiatan yang mendukung kehidupan dipermudah dengan adanya teknologi informasi komputer dan jaringan internet. Masyarakat memang seperti dipaksa untuk bermigrasi secara besar-besaran menggunakan teknologi digital.
Padahal yang hanya perlu dilakukan oleh masyarakat hanya melakukan budaya digital, meningkatkan kemampuan untuk membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan dengan kehadiran kemunculan dan penggunaan teknologi digital yang masif.
Dede Kurniadi, Dosen dan Ketua Prodi Teknik Informatika institut Teknologi Garut mengatakan, maka penting membangun budaya digital yang baik karena mampu menghindari diri dari bahaya di dunia digital seperti terpapar hoaks, mengalami kejahatan digital dan kecanduan internet.
“Dibutuhkan literasi digital atau adaptasi kebiasaan baru yang kini lebih dekat teknologi digital. Semua segmen usia harus lebih terbuka terhadap teknologi digital, harus belajar lagi cara dan etika dalam penggunaannya kita juga mau tidak mau menambahkan sumber daya digital sebagai salah satu kebutuhan primer atau sekunder seperti memasang Wi-Fi atau selalau mencari Wi-Fi jika berpegian,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat Senin (6/9/2021).
Hal itu seakan menjadi gejala dari kecanduan internet, ketika kita sudah tidak dapat lepas dengan dunia digital, keasikan hingga lupa hal-hal lain. Kecanduan internet dapat berupa kecanduan media sosial, belanja online dan game online. Seharusnya media sosial dipakai hanya untuk hubungan sosial terhubung dengan teman lama dan berjejaring, begitu juga e-commerce dapat meningkatkan produktivitas dan game online semestinya dapat meningkatkan kreativitas.
Kegiatan-kegiatan online yang berlebihan malah dapat merusak kehidupan seseorang seperti seperti kecanduan media sosial yang sangat menghawatirkan karena sudah menjadikan media sosial itu sebagai sarana kebahagiaan. Mulai dari like posting-an jika tidak menjadi gelisah, jika tidak posting sehari merasa ada yang kurang. Menjadikan media sosial sumber berita utama bahkan yang belum tentu kebenarannya.
“Jika kecanduan belanja online menjangkiti jika kita sampai sudah berani berhutang hanya untuk berbelanja. Terlalu sering sampai mendapat larangan atau proses dari orang terdekat tapi kita masih saja ingin belanja dan menyembunyikan paket hasil belanja. Selalu ingin membuka aplikasi belanja online padahal tidak ada rencana untuk membeli sesuatu hingga tertantang dengan flash sale,” ungkapnya.
Jika seseorang sudah kecanduan game online mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk bermain game tanpa menjalani aktivitas lain seperti makan, mandi, belajar dan bekerja. Akhirnya menjadi bermasalah di rumah, di sekolah atau di kantor karena selalu bermain game online hingga berbohong dan menghamburkan uang untuk membeli game.
Maka, yang harus dilakukan dalam mengelola budaya digital yang produktif ialah memanfaatkan hobi game dengan lebih serius agar dapat menjadi atlet e-sport atau Youtuber Game dan menghasilkan secara finansial. Menjaring pertemanan media sosial itu dapat digunakan untuk menghebatkan relasi yang jauh bahkan menjadi kesempatan bisnis dan pekerjaan.
Sebisa mungkin membuka mindset internet itu dapat mendapat materi dan tambahan penghasilan sehingga bukan hanya sekadar menjadi konsumen. Netizen tidak hanya menghabiskan waktu dengan melihat kehidupan orang lain melalui media sosial tapi dapat digunakan untuk berjualan dan memperluas jaringan.
Webinar juga menghadirkan pembicara Zacky Badrudin (Founder Visquares), Arya Shani Pradana (Founder Tekape Workspace), Theo Derick (Praktisi Marketing Digital), dan Rio Silaen sebagai Key Opinion Leader.