Sudahkah kita mempromosikan kebudayaan kita? Atau kapan terakhir kita mem-posting hal-hal yang berkaitan dengan budaya Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan yang wajib ditanyakan kepada netizen Indonesia yang kini justru lebih senang membicarakan kebudayaan bangsa lain.
Topik mengenai budaya lain yang lebih menarik untuk dibahas, padahal kebudayaan Indonesia jauh lebih banyak dan menarik namun belum muncul ke permukaan. Ira Pelitawati, relawan TIK & penggiat literasi ini menyayangkan media digital seharusnya mampu menjadi media promosi kebudayaan Indonesia.
Masyarakat dapat mengulik segala kebudayaan yang ada di daerahnya, jangan sampai tidak melestarikan budaya yang membuat kebudayaan itu terancam punah. Banyak adat-istiadat yang tidak dimengerti lagi oleh generasi muda itu menjadi sebuah kewaspadaan.
“Tidak perlu membuat konten yang sulit, coba kita setiap weekend beli jajanan tradisional lalu kita ceritakan sejarah hingga bahan-bahan makanan itu di media sosial kita. Coba berkunjung ke tempat wisata yangada sejarahnya, kita bisa foto lalu kita ceritakan kembali di konten. Banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mengenalkan budaya kita, karena kita tidak pernah tahu siapa yang membaca media sosial kita. Jangan-jangan mereka seorang yang memang sedang penasaran dengan daerah yang kita bahas,” ungkapnya dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (14/9/2021).
Konten kebudayaan itu dapat berupa tulisan, foto maupun video apapun itu membuat teman-teman di media sosial kita dapat bertambah pengetahuannya. Lebih baik lagi jika kita juga dapat mengajak para netizen lainnya untuk mempopulerkan kebudayaan Indonesia. Tentu tujuannya agar tetap lestari.
Generasi mendatang juga dapat menikmati kebudayaan itu juga di masa depan. Terpenting jangan sampai budaya Indonesia diakui oleh negara lain akibat masyarakat Indonesia yang cuek dengan budaya milik sendiri.
Ira bercerita, mengenai satu sosok publik figur yang sangat peduli dengan kebudayaan Indonesia khususnya soal fashion yakni Anne Avantie. “Perancang kebaya ini selalu memiliki makna filosofis dalam setiap rancangannya ditambah dia juga mencerminkan perempuan Jawa yang lemah lembut dan wanita Indonesia yang kuat dan mandiri,” ungkapnya.
Ira mengutip pernyataan Anne Avantie, pakaian bagaikan kulit kedua sehingga gaya berbusana mampu mencerminkan kepribadian penggunanya. Busana seperti kulit yang menutupi segala kekurangan kita, maka melalui busana sebenarnya kita dapat memamerkan kebudayaan akulturasi budaya yang ada. Sehingga siapapun yang melihat akan terpesona sengan keindahan dan kisah dibaliknya.
Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Selasa (14/9/2021) juga menghadirkan pembicara Allana Abdullah (Pengusaha Online), Bambang Iman Santoso (CEO Neuronesia Learning Center), Chiara Chiasman (Analyst Merchindiser), dan Aflahandita sebagai Key Opinion Leader.