Banyak orang yang tidak menggunakan marketplace untuk berbelanja online lalu masih memanfaatkan media sosial seperti Instagram untuk berbelanja. Sebenarnya tidak masalah karena mungkin ada sebagian orang yang lebih senang untuk berkomunikasi langsung salah satunya dengan WhatsApp ketimbang di marketplace.
Meskipun berbelanja di media sosial harus lebih berhati-hati karena bertransaksi secara langsung, transfer uang secara langsung tanpa pihak ketiga. Itu sangat berisiko apabila terjadi permasalahan, online shop asli pun sulit untuk melakukan pembatalan, retur dan sebagainya.
Terparah memang toko online bodong yang memang didesain untuk menipu, awalnya sulit terdeteksi namun kini dapat dilihat perbedaannya. Nindy Tri Jayanti, pebisnis online yang juga pembina UMKM membagikan ciri-ciri online shop penipu. Dia mencontohkan di Instagram, yang bahkan juga sudah ada akun Instagram yang mengumpulkan akun-akun bodong di Instagram.
Secara kasat mata sebenarnya dapat terlihat online shop itu penipu yakni dengan memberikan harga murah. Mereka mengatakan promo beli 1 gratis 1 dengan harga yang juga sudah murah. Bukan hanya itu bahkan mereka menawarkan gratis ongkos kirim.
“Sungguh tidak masuk akal, sekarang kita dapat mengecek harga pasaran sebuah produk dengan mudah hanya membuka marketplace atau Googling saja nanti muncul berbagai toko dan menampilkan harga-harga yang tidak jauh berbeda. Dari situ kita tahu kisaran harga produk itu berapa? Tidak masuk akal lagi dengan menggratiskan ongkos kirim tanpa ada bantuan marketplace, Indonesia luas, konsumen mereka tentu bisa saja berasal dari pelosok yang harga ongkos kirimnnya mahal,” ungkapnya rinci.
Berbicara pada webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021), Nindy memberikan hal-hal yang tidak masuk akal lainnya yang menurutnya gunanya netizen Indonesia untuk berpikir kritis agar dapat melihat yang ada di Internet secara terinci dan penuh logika. Bahkan, beberapa online shop itu menjual berbagai produk dengan satu harga yakni Rp 100 ribu plus gratis biaya ongkos kirim. Sungguh sudah tidak masuk akal.
Semua foto di Instagram, captionnya sama seakan-akan hanya copy-paste juga tagarnya sama. Tidak ada kata-kata penggugah untuk menarik konsumen, mereka hanya menawarkan harga murah gratis ongkos kirim yang nyatanya cukup untuk menjaring minat korban. Tidak ada story Instagram juga yang biasanya digunakan toko online Instagram untuk mendekatkan diri dengan konsumen.
Ciri lainnya ialah mematikan kolom komentar, di saat toko online lainnya berharap banyak komentar mereka malah membatasi komentar yang masuk.
“Tujuan mematikan kolom komentar agar tidak ketahuan kalau mereka penipu karena biasanya modusnya ketika kita sudah berkomunikasi melalui WhatsApp dan sudah transfer. Langsung mereka akan menghilang dan nomor WhatsApp kita di-block, otomatis kita akan kembali ke Instagram dan akan meminta hak kita. Oleh karena itu, mereka membatasi kolom komentar agar tidak dikomentati oleh para korbannya. Sehingga para calon konsumen atau calon korban itu tidak bisa mengetahui bahwa akun ini adalah akun palsu karena tidak dapat melihat komentar,” jelasnya.
Lalu kita bisa mengecek lagi kolom tag yang biasanya berisi foto-foto yang orang lain tag kepada kita. Toko online asli biasanya banyak foto tag yang berasal dari konsumen. Tidak masuk akal, pengikut ratusan ribu namun like sedikit, tidak ada komentar dan tidak ada foto tag. Dipastikan akun toko online itu bodong. Jangan hanya percaya pada jumlah follower banyak yang itu bisa beli.
Memeriksa reputasi penjual, mengecek toko dengan seksama merupakan bagian dari bagaimana kita bisa aman berbelanja online. Setelah itu kita juga harus menghindari transaksi secara langsung, maka lebih baik jika berbelanja online menggunakan marketplace bukan di media sosial.
Webinar juga menghadirkan pembicara Ricco Antonius (Owner Patris Official Store), Leni Fitriani (STT Garut), Al Akbar Rahmadillah (Sobat Cyber Indonesia), dan Almira Vania sebagai Key Opinion Leader.