Di dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai latar belakang kultural seperti pendidikan, usia, suku bangsa dan lainnya. Sehingga pertemuan itu mengharuskan setiap pengguna digital melakukan etika.
Etika ini berbentuk tulisan atau ucapan yang dapat dilakukan saat berkomunikasi di media digital digital. Para warganet juga diharapkan untuk turut berpartisipasi dan berkolaborasi secara positif dalam berbagai informasi yang baik etis dan bermanfaat bagi masyarakat lainnya.
Herman Pasha, Trainer & Couch pengembangan diri memaparkan dalam berkomunikasi dengan seseorang ada hal yang penting yang dapat dilakukan seseorang sedari awal yakni first impression atau kesan pertama.
“Saat orang pertama kali melihat kita, tidak harus bertatap muka langsung tetapi saat mereka melihat di media digital kesan pertama itu sangat menentukan. Sebab hal ini sangat berhubungan dengan bagaimana mereka akan menganggap kita,” tuturnya saat mengisi webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/9/2021).
Hal itu penting terlebih jika kita ingin bekerja sama dengan mereka atau berkolaborasi. Sehingga kita sudah mendapatkan kesan yang positif sebelum memulai kerjasama itu.
Herman menjelaskan, pada saat kita melakukan komunikasi tatap muka dalam waktu 3-5 menit pertama akan diputuskan pesan mengenai kepercayaan diri, kecerdasan, kapabilitas, keterandalan, kepercayaan, kebaikan, dan persahabatan.
Ini juga berlaku saat sedang berkomunikasi melalui Zoom Meeting atau Google Meet saat seseorang secara langsung melihat wajah Anda. Kepercayaan diri sendiri dilihat dari bagaiman tatapan mata atau melakukan eye contact juga gestur tubuh.
Kemudian pada menit selanjutnya saat mulai berbicara pandangan seseorang dapat melihat kecerdasan yang dilihat dari apa yang dibicarakan. Setelah melihat kecerdasan tentunya seseorang juga dapat melihat kapabilitas dan keterandalan sehingga bisa mempercayai seseorang yang hanya dalam waktu kurang dari 10 menit.
Untuk kebaikan hati dan persahabatan ini sebenarnya semakin terlihat jika bertemu langsung. Bagaimana cara bersalaman, cara gesture yang lain. Seolah menggambarkan dirinya sebagai orang yang hangat untuk menjadi teman.
“Artinya kita harus berhati-hati terhadap kesan pertama, sehingga penampilan enak di lihat atau menarik perhatian namun tidak berlebihan sesuai dengan porsinya,” ungkapnya.
Jika sedang bertatapan muka langsung dan mengobrol, intonasi suara, pitch control juga sangat menentukan serta juga konten yang disampaikan berpengaruh. Kata-kata yang keluar walaupun hanya 7% pengaruhnya. Memang saat berinteraksi langsung lebih besar pengaruhnya pada vokal dan visual.
Tapi berbeda jika berkomunikasi melalui media digital memerlukan banyak tulisan kata-kata. Sehingga konten atau kata-kata yang dikeluarkan menjadi lebih besar menjadi 70%. Kata-kata ini akan bersuara dan memiliki visual saat kita menggunakan emoticon, tanda seru, huruf yang ditebalkan, huruf berwarna merah menggunakan garis bawah. Itu akan menjadi nilai atau arti yang lebih bagi yang membacanya. Maka hati-hati saat kita menggunakan huruf besar emoticon dan tanda tanda yang lainnya.
Webinar juga menghadirkan pembicara Reza Haryo (Channel Manager), Byarlina Gyamitri (Konsultan Pemberdayaan SDM), Asep Suhendar (relawan TIK & kreator konten), dan Ribka sebagai Key Opinion Leader.