Data survei indeks literasi digital nasional 2020 di 34 provinsi yang dikeluarkan Kementerian komunikasi dan Informatika, menyebutkan akses terhadap internet ditemukan kian cepat terjangkau dan tersebar hingga ke pelosok. Merujuk survei tersebut, literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada level sedang atau penggunaan sudah banyak tapi untuk keahlian dan kompetensi nya masih kurang.
Sementara survei dari badan pusat statistik tahun 2018 mengungkapkan bahwa dari 3 sub indeks indeks pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (IP-TIK) Indonesia yaitu akses dan infrastruktur intensitas penggunaan dan keahlian atau kecakapan, sub indeks keahlian yang memiliki skor paling rendah. Hal ini berarti bahwa Indonesia masih punya pekerjaan rumah dalam meningkatkan kecakapan digital masyarakatnya secara merata.
“Sebenarnya cakap digital itu bukan hanya ditunjukkan lewat gadget yang bagus, atau mengerti setiap fitur yang ada di gadget tersebut. Bukan hanya itu, tetapi cakap digital juga berkaitan dengan etika, perilaku menjaga nama baik dan menimbulkan suasana yang baik. Jadi di satu sisi dia paham, juga dia melakukan praktik penggunaannya bisa menimbulkan dampak yang positif,” ungkap Muhamamd Rohim Hidayatullah, Direktur pendidikan dan pelatihan pembangunan FSB saat mengisi Webinar Gerakan Nasional Literasi wilayah Kabupaten Cirebon, Senin (27/9/2021).
Kecakapan digital dalam platform landscape digital yakni apabila kita mengetahui dan memahami ragam perangkat keras dan perangkat lunak yang menyusun landscape digital atau ruang maya. Tidak hanya itu dalam indikator ini setiap kita diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan perangkat digital utamanya perangkat lunak sebagai fitur proteksi dari serangan cyber.
Sementara itu, kecakapan digital juga dilihat dalam mesin pencarian informasi. Kemampuan kita untuk mengetahui dan memahami cara cara mengakses macam-macam mesin pencarian informasi yang ada. Hal ini terkonfirmasi dalam data perilaku pencarian informasi dari masyarakat Indonesia yang diterbitkan oleh we are social dan HootSuite per Januari 2021. Dalam data tersebut disebutkan bahwa sebesar 99,2% dari pengguna internet di Indonesia terbiasa menggunakan berbagai mesin pencarian informasi dari berbagai gawai yang dimilikinya ketika berselancar informasi di dunia maya.
“Kecakapan digital lainnya yaitu mampu menyaring informasi agar bukan berita bohong yang kita konsumsi,” jelasnya.
Informasi hoax tersebut sangat banyak berada di media sosial, menurut laporan Mafindo, per November 2020 terdapat sekitar 13%-15% hoax yang beredar di masyarakat terkait Covid-19 berasal dari WhatsApp jumlah ini pun belum mencerminkan angka yang sebenarnya karena berasal dari laporan sukarela masyarakat saja. Hoax dalam aplikasi percakapan lebih sulit dilacak karena bersifat privat. Maka dari itu kecakapan digital juga harus mampu membedakan kan mana informasi yang sesuai fakta atau hanya berita bohong.
Webinar ini menghadirkan pembicara lain, Kis Urel (development coach), Ria Aryanie (praktisi Humas& komunikasi), Chiara Chiasman (analyst merchandiser) dan Martin Kax sebagai Key Opinion Leader.