Fenomena masyarakat digital tidak terjadi secara merata. Dalam memahami masyarakat digital ada pembagian ke dalam tingkatan masyarakat digital.
M. Rikza Nashrulloh, Ketua Program Studi Sistem Informasi Institut Teknologi Garut menjelaskan, pertama emerging digital society atau tahap dasar masyarakat digital. Misalnyanya orang membayar pajak melalui perangkat elektronik meskipun datang langsung ke kantor pajak tersebut. Kini ada beberapa pelayanan masyarakat yang sebenarnya lewat online tapi tetapi masih banyak juga masyarakat yang datang ke kantor layangan.
“Oleh karena zaman sekarang keterbukaan informasi dan ketersediaan perangkat elektronik itu sudah disediakan oleh pemerintah. Di tahap ini disebut emerging digital society, seperti terpaksa menggunakan atau memang masih dalam tahap belajar masuk digital,” ungkapnya saat menjadi pembicara dalam Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat Senin (27/9/2021).
Kedua transitioning digital society dalam penggunaan digital pada tahap ini, seseorang sudah terpersonalisasi oleh setiap individu. Sehingga seseorang sudah mengetahui hasil rekam medis ataupun tagihan listrik atau pajak yang langsung dapat diakses melalui smartphone.
“Pada tahap ini seseorang juga sudah mulai berani melaporkan penyelewengan dana oleh oknum-oknum pemerintah pada lembaga terkait,” ungkapnya.
Terakhir advance Digital society, dalam level ini masyarakat terkoneksi dengan internet hampir dalam seluruh aktivitas kehidupan. Contohnya di rumahnya ada CCTV, dia mengaksesnya melalui smartphone sehingga dimanapun dia dapat melihat situasi kondisi di rumahnya.
Seseorang itu juga menggunakan teknologi internet of things seperti sensor bencana alam, panel surya semua itu terhubung ke smartphone dia melalui komputasi awan yang dibantu oleh pihak ketiga yaitu pemerintah. Dengan demikian pemerintah dapat melihat aktivitas di suatu wilayah digital.
Webinar ini menghadirkan pembicara lain, Dendy Muris (dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR), Tetty Kadi (anggota DPR 2009-2014), Yoseph Hendrik (dosen Sekolah Tinggi Tarakanita) dan Yumna Aisyah sebagai Key Opinion Leader.